Terkadang kita berpikir bahwa seorang pemanjat tebing, pilot, atau bahkan Trader, adalah pekerjaan yang sangat beresiko dan berbahaya. Mempertaruhkan sesuatu yang sangat besar untuk return yang lebih besar lagi (high risk high return). Namun pada kenyataannya, resiko seorang pilot berpengalaman saat menerbangkan pesawat yang biasa ia terbangkan, lebih kecil dari pada seseorang yang pertama kali belajar mengendarai mobil.
Kita terbiasa melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang beresiko, karena kita merefleksikan hal tersebut dengan ability yang kita miliki. Sama halnya dengan Trading, mungkin kita mengira apa yang dilakukan seorang trader adalah sesuatu yang beresiko tinggi, padahal bila kita melihat lebih detail, apa yang mereka lakukan yang menurut kita sangat beresiko, hanyalah sebagian kecil dari nilai portfolio yang mereka kelola.
George Soros
Saya seorang trader yang cukup ter-obsesi dengan George Soros. Sifat tenang dan dingin yang tergambar dari caranya mengambil keputusan trading, membuat saya ingin mencari tahu lebih dalam tentang beliau dan bagaimana cerita dari trade paling fenomenal sepanjang sejarah yang ia lakukan pada tahun 1992.
George Soros, dikenal sebagai The Man Who Broke the Bank of England. Ia melakukan short position pada Poundsterling dan membukukan keuntungan $40 juta dalam satu malam. Ini gila, mungkin hal yang anda lakukan saat ini sama seperti saya, membuka calculator dan menghitung seberapa besar $40 juta itu.
Dan jika kita mengikuti sampai akhir, ternyata kejadian ini hanyalah awal dari sebuah trend. George Soros sendiri mempertahankan posisinya tersebut dan berhasil membukukan keuntungan sebesar $150 juta dari trade tersebut.
Ini adalah cerita yang selalu di highlight oleh banyak orang, cerita ini membuat kesan bahwa ia adalah seorang spekulan yang sangat dingin, memanfaatkan momentum dengan sangat baik dan berani mempertaruhkan jutaan dolar untuk suatu trade yang ia yakini.
Blind spot dari cerita ini adalah, ternyata resiko yang ia ambil ketika melakukan bet pada trade ini, hanya 4%. Tidak seperti kesan yang terlihat dari berbagai video dan media yang berkata ini adalah trade yang sangat beresiko.
Dalam buku “The Winning Investment Habits of Warren Buffet & George Soros” karya Mark Tier, dijelaskan bahwa George Soros adalah seorang yang sangat antiresiko karena beberapa hal, salah satunya latar belakang George Soros yang sangat pahit untuk berani ia rasakan kembali. Oleh karena itu, menurut buku ini hampir tidak mungkin ia mengambil resiko yang bisa membuat ia bangkrut, meskipun ia sangat yakin terhadap keputusannya. Dan dalam buku ini juga, anda pasti akan menemukan kesan yang berbeda tentang George Soros, bahwa ternyata George Soros lebih antiresiko dibandingkan Warren Buffet.
Dalam Workshop Psikologi Trading & Money Management, kami banyak membahas bagaimana cara maraih kesuksesan dalam trading dengan mengatur sudut pandang kita terhadap market yang mungkin menjadi kacau saat uang terlibat. Beberapa TRADING WISDOM yang kami dapatkan dari pengalaman trading selama bertahun – tahun memberikan gambaran bahwa Trading bukan hanya tentang Strategi, tetapi Management dan Psikologi. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut, silahkan klik disini
George Soros Seorang Antiresiko
Cerita ini merupakan kiblat dari apa yang saya percaya selama ini di stock market, memadukan momentum dan sedikit antiresiko untuk bertahan hidup. Dengan percaya pada perpaduan dari kedua hal ini seharusnya membawa setiap trade lebih efektif & efisien.
Mari kita mulai dengan antiresiko, saya percaya, kunci pertama untuk sukses di market adalah tetap berada di market. Karena begitu kita keluar dari market, maka kesempatan untuk kita sukses di market sudah tertutup. Itulah yang mendasari bahwa semakin kita antiresiko, maka seharusnya semakin susah bagi market untuk mengusir kita.
Namun tidak ada artinya jika antiresiko ini justru membawa kita untuk tidak melakukan trade sama sekali. Antiresiko yang dimaksud disini adalah kita melakukan entry atau buy di suatu saham dengan kondisi dimana kemungkinan market untuk turun lagi, sangatlah kecil.
Meminimalisir resiko dengan Analisa Bandarmologi
Sebelum bertemu dengan Analisa Bandarmologi yang adalah Analisa transaksi, saya adalah seorang technical trader. Saya sangat menyukai konsep support & resistance berikut juga Fibonacci. Menurut saya Ini adalah modal yang sangat baik untuk dipadukan dengan Analisa Transaksi, yang mana kita bisa melihat kesempatan di level support dan melihat kekuatan support tersebut berdasarkan Bandarmologi di level tersebut.
Disinilah sifat antiresiko saya muncul. Sangat tidak menjadi masalah, apabila suatu saham terbang dan tidak membawa saya serta di dalamnya. Justru yang disesali adalah apabila saham tersebut sudah sangat minim resiko, namun tidak ada keberanian untuk melakukan eksekusi.
Seperti contoh kasus pada suatu saham dibawah ini. Dimana saham tersebut terbang 4 hari berturut – turut beserta akumulasi yang sangat besar. Tentu jika kita melihat dari luar, saham ini terasa indah dan sangat menyesal karena tidak memiliki saham tersebut. Namun ini sangat mengganggu bagi seseorang dengan sifat antiresiko yang mau melakukan pembelian. Umumnya mereka akan menghindari saham – saham dengan harga yang sudah naik cukup tinggi, dikarenakan asumsi bahwa saham itu sudah meningkatkan resiko untuk jatuh. Oleh karena itu, lebih baik menantikan di level koreksi yang cukup murah namun tetap disertai dengan akumulasi. Seperti contoh dibawah.
Kondisi 1: Kondisi dimana harga sudah terbang beserta akumulasi yang sangat besar.
Kondisi 2: Kondisi dimana harga saham terkoreksi dan pada level penurunan tersebut, distribusi yang terjadi tidak sebesar akumulasi yang terjadi pada saat harga diangkat naik, atau bahkan justru malah tetap terjadi akumulasi.
Di kondisi 1, saham ini sangat menarik perhatian, ia baru saja break resistance, dan mungkin beberapa orang yang takut kehilangan kesempatan serta menganggap ini akan berlangsung lebih lama, berpikir bahwa tidak menjadi masalah untuk masuk sekarang atau nanti, karena pada akhirnya trader tersebut berpikir bahwa saham ini akan terus naik. Tidak ada yang salah dari hal tersebut, namun yang saya tahu, seorang antiresiko tidak berpikir demikian.
Jika membandingkan kedua kondisi ini dari sudut pandang seorang yang antiresiko, maka kondisi 2 menjadi pilihan yang sangat menarik. Meskipun harga saham terlihat sangat kuat bergerak kebawah, namun yang seorang antiresiko rasakan adalah kepuasan karena berhasil menahan diri untuk masuk dengan resiko yang lebih kecil, dan rasa aman menjadi pialanya.
Kesimpulan
Sifat antiresiko mungkin akan membuat kita terkesan kehilangan banyak kesempatan, kita menjadi memiliki waktu menunggu yang lebih lama, dan mungkin kita akan menjadi sangat jarang mengambil suatu trade. Namun saya percaya, bahwa dengan sedikit antiresiko dalam trading, itu akan sangat mengecilkan resiko kita untuk bangkrut, dan win ratio atau keberhasilan trade kita memberikan profit, akan semakin tinggi.
Joseph Gabetua S.S.T.
Analyst of Creative Trading System. Relentless Trader and Part Time Investor. Huge dreams, Small me.