Strategi Underwritter dalam IPO cenderung itu-itu saja, namun sayangnya banyak investor yang terus terjebak dan membeli saham-saham justru turun setelah IPO, atau tidak kebagian ketika saham-saham langsung terbang tinggi setelah IPO. Dalam Artikel di bawah kita adalah salah satu artikel yang kami tulis beberapa hari sebelum IPO GARUDA. Sebagai informasi IPO Garuda membuat puluhan ribu investor rugi karena ketika saham yang awalnya diprediksi akan naik signifikan di hari pertama malah jatuh lebih dari 20% di hari pertama, membuat banyak investor yang nyangkut, sampai saat ini.
Artikel di bawah adalah salah satu pembelajaran mengenai bagaimana strategi underwriter dalam IPO di saham-saham yang memiliki popularitas dan kepercayaan masyarakat yang tinggi seperti Garuda.
STRATEGI UNDERWRITER DI BALIK IPO GARUDA INDONESIA
Seperti kita ketahui sampai beberapa bulan yang lalu Emiten yang baru IPO selalu diidentikan dengan loncatan harga di hari pertama perdagangan saham di pasar sekunder (pasar dimana kita para trader atau investor setiap hari bertransaksi), saham-saham tersebut bisa meloncat 10-50% pada hari pertama diperdagangkan di bursa, tidak peduli fundamentalnya bagus atau tidak, bahkan sebagian dari kita mungkin tidak pernah mendengar perusahaan itu sebelumnya, tapi harganya tetap saja meloncat di hari pertama.
Berikut ini saya lampirkan beberapa saham dengan fundamental “kurang jelas” yang listing tahun 2010 lalu, beserta harga IPO , dan harga tertingginya di hari pertama.
Jika melihat hal ini tentu orang awam pun dapat melihat ada peluang memperoleh keuntungan sesaat, jika kita membeli di harga IPO-nya. Tetapi untuk itu memang investor harus mau repot mengikuti bookbuilding, menjaminkan uangnya, dan jika ada pengembalian uang, mereka juga harus pergi untuk mengambil pengembalian uangnya, dll.
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh banyak pihak dan berubah menjadi trend beberapa bulan terakhir, karena banyaknya perusahaan yang melakukan IPO, dan besarnya imbal hasil “hampir pasti” yang dihasilkan.
Sehingga munculah profesi baru di pasar modal, saya menyebut sebagai IPO HUNTER, mereka bukan investor, bukan juga trader, bahkan sebagian dari mereka sama sekali tidak tahu cara menganalisis suatu saham, tetapi mereka mengikuti bookbuilding, mereka berpindah dari sekuritas satu ke sekuritas yang lain yang menjadi underwriter saham yang akan listing, hanya untuk membeli saham yang IPO.
DELUSIONAL OVER SUBSCRIBE
Sampai beberapa saat yang lalu, kendala satu-satunya dari mengikuti proses IPO adalah sedikitnya jumlah yang diberikan jika dibandingkan jumlah saham yang dipesan, pada umumnya underwriter hanya memberikan 1-3% dari jumlah yang dipesan.
Jadi untuk memperoleh 100 lot saham di harga IPO, kita harus memesan sekitar 10.000 lot dan juga memberi uang jaminan sejumlah itu. Hal itu sudah menjadi hal biasa, jadi para pemesan juga sudah tahu itu, dan selalu memesan 10x – 100x lebih banyak dari yang sebenarnya mereka inginkan.
Jadi jika kita mendengar suatu saham yang akan IPO mengalami over subscribe, anda sudah tahu sebabnya, hal itu disebabkan karena setiap orang memesan 10-100x dari yang sebenarnya ingin mereka beli. Jika semua orang melakukan itu, tentu akan terjadi kelebihan pemesanan (over subscribe). Jadi kalau menurut saya over subscribe tersebut hanya merupakan dilusi semata.
MARKET MAKER STRATEGY BEHIND THE IPO
Pertanyaan sederhana: Mengapa underwriter terkesan tidak mau memberikan saham yang mereka jamin dalam jumlah banyak kepada pemesan?
Jawaban: Karena underwriter ingin menjual di harga lebih tinggi dari harga IPO.
Ketika saham baru pertama listing, underwriter akan menjadi Market Maker atau Bandar pertama dari saham tersebut, karena mereka adalah sekuritas yang memiliki tujuan untuk menjual saham yang mereka jamin, dan sama sekali tidak berminat untuk menyimpannya.
Jadi tidak aneh kalau mereka mengoreng saham ini pada beberapa hari atau beberapa bulan pertama perdagangan, untuk memastikan investor retail percaya pada “kinerja” saham tersebut dan mau membelinya di harga yang jauh lebih tinggi daripada harga IPO, lalu setelah kepercayaan publik sudah muncul maka mereka akan menjual saham-saham mereka secara perlahan.
Jika anda melihat saham-saham yang IPO dalam 1 tahun terakhir, hampir semua memiliki pola yang sama, naik di beberapa hari-bulan pertama perdagangan, lalu setelah itu turun perlahan-lahan dan membawa ribuan nyangkuters di dalamnya, bahkan nyagkuters tersebut umumnya investor yang sebelumnya tidak berminat mengikuti IPO.
Anda bisa melihat list saham di atas, saat ini hampir semuanya masih berada di atas harga IPO mereka, tapi sekarang saham-saham tersebut dimiliki oleh para nyangkuters secara merata di portofolio masing-masing, dan bukan oleh underwriter lagi. Itu merupakan bukti sederhana kalau underwriter sudah berhasil menjual sahamnya di harga yang jauh lebih dari harga IPO kepada investor retail.
Jika anda mempelajari saham-saham yang lainnya termasuk saham-saham “plat merah” sekalipun, anda akan menemukan strategi yang kurang lebih sama.
IPO GARUDA
Dalam waktu dekat ada satu saham pemerintah lagi yang akan listing di bursa, yaitu saham Garuda Indonesia. Saya tidak akan membahas perusahaan ini fundamentalnya bagus atau tidak, harga
IPO nya kemahalan atau kemurahan, karena memang itu sudah dibahas oleh analyst-analyst yang sangat berkompeten di bidangnya.
Saya akan mencoba membahas pandangan saya tentang proses Bookbuilding, IPO dan perdagangan hari pertamanya nanti.
Jauh berbeda dengan proses-proses bookbuilding yang sebelumnya kita ketahui, dimana underwriter sangat pelit dalam memberikan saham yang dipesan oleh public, dalam kasus ini underwriter terlihat sangat “dermawan” dalam membagikan saham kepada pemesannya. Banyak pemesan yang mendapat 100% dari yang mereka pesan. Sebagian memang “hanya” mendapat 50% dari pemesanannya tapi itu jelas berbeda dengan kasus saham Krakatau Steel dimana investor ritel hanya diberikan 0-0.5% dari jumlah saham yang mereka pesan.
Seperti kita ketahui ada alasan yang baik dibalik semua itu, yaitu Pemerintah ingin mengutamakan kepentingan Investor Lokal, dan mencegah terjadinya kisruh seperti yang terjadi di saham KRAS. Ok, kita tidak bisa menyalahkan pemerintah lagi sekarang, and that’s a good thing !
Tapi apakah ceritanya selesai di situ ?!! Saya rasa tidak.
Mari kita telaah perbedaan IPO Garuda dengan IPO-IPO sebelumnya.
Pada IPO-IPO sebelumnya, para pemesan memesan 10-100x dari jumlah yang sebenarnya mereka inginkan, bahkan meskipun demikian banyak dari mereka yang masih kecewa karena masih mendapat jumlah yang lebih sedikit dari yang mereka harapkan, dan harus membelinya di pasar sekunder dengan harga yang umumnya sudah jauh lebih tinggi.
IPO Garuda : Pemesan-pemesan pertama memesan dengan jumlah yang sama 10-100x dari yang mereka inginkan, dan mereka mendapat 50-100% dari yang mereka pesan. Atau artinya 10-100x lebih banyak dari yang mereka inginkan, atau mungkin lebih parah, lebih banyak dari yang sebenarnya mereka sanggup beli.
Saya tidak tahu apakah ini terjadi kepada semua orang, tapi beberapa kenalan saya bahkan sedang panik saat ini karena mereka mendapat saham jauh lebih besar dari yang mereka harapkan. Memang kepanikan itu bisa dimengerti.
Bayangkan jika anda IPO Hunter dan ingin membeli saham Garuda sebesar 10 juta rupiah, dan untuk mendapatkan itu anda memakai seluruh modal/”senjata” yang anda miliki untuk memesan sebesar 1 M (100 x lipat). Secara tiba-tiba uang 1M anda sudah berubah menjadi saham Garuda.
Sekarang modal atau “senjata” yang mereka miliki sebelumnya sudah berubah menjadi “barang dagangan”, dan ketika modal sudah berubah menjadi “barang dagangan” tentu hal pertama yang dipikirkan oleh pemiliknya adalah menjual saham tersebut. Karena mereka sama sekali tidak berminat untuk memiliki perusahaan Garuda Indonesia, mereka hanya spekulan yang siap-siap mencari keuntungan sesaat. Saya membayangkan ada banyak IPO Hunter yang sedang dalam kondisi yang sama saat ini.
Satu hal yang paling saya takutkan adalah para IPO Hunter nekat yang memesan dengan uang yang sebenarnya bukan untuk diinvestasikan, uang tabungan untuk anak cucu dijadikan jaminan untuk mendapatkan saham sebanyak-banyaknya. Mereka tentu akan lebih panik lagi, karena Saham Garuda tidak bisa dipakai untuk menyekolahkan anak, bahkan untuk mendapat diskon pembelian tiket garuda pun tidak bisa.
Melihat kondisi itu saya membayangkan bahwa mereka semua akan sesegera mungkin meng-uangkan modal, senjata atau bahkan tabungannya ketika saham Garuda mulai diperdagangkan di market.
Keuntungan jelas prioritas nomor dua sekarang, karena keselamatan jauh lebih penting ketika kondisi kita sama sekali tidak bersenjata.
Well jadi kita sekarang sudah bisa membayangkan siapa yang akan menjadi pihak penjual pada perdagangan hari pertama nanti. Jumlahnya kemungkinan cukup besar, bisa mencapai puluhan bahkan ratusan milyar.
PERTANYAAN: SIAPA YANG MAU BELI ??
Saya sudah memikirkan pertanyaan ini dalam beberapa hari terakhir, dan jujur sampai saat ini saya belum menemukan jawabannya.
- Underwriter
Mereka yang biasanya menjadi “kondektur” pergerakan harga tampaknya merubah strateginya kali ini dan terkesan ingin cuci tangan dan tidak terlalu berminat lama-lama memegang saham ini di tangan mereka.
- Investor Asing yang tidak kebagian IPO
Saat ini santer terdengar bahwa saham Garuda tidak laku dijual, kalau itu benar artinya saat ini tidak ada lagi pihak yang mau membeli saham garuda di harga 750/lembar , jadi rasanya kurang masuk akal kalau di hari pertama nanti mereka akan memborong di harga yang lebih dari 750.
- Investor Retail
Dalam kasus-kasus sebelumnya investor retail sangat bersemangat membeli saham-saham yang baru listing, karena sebagian dari mereka tidak kebagian membeli saat IPO karena “over subscribe”, dan karena ekspektasi yang sangat tinggi sebelum saham itu diperdagangkan di pasar sekunder. Namun hal ini pun sepertinya tidak terjadi dalam kasus ini.
- Daily Trader
Daily trader umumnya adalah “pemakan segala” mereka tidak terlalu peduli fundamental, mereka hanya membeli saham tersebut beberapa jam atau bahkan menit dan langsung menjualnya kembali. Tapi mereka juga adalah orang-orang yang memiliki paling banyak informasi, situasi saat ini tentu sudah menjadi pertimbangan mereka, mereka mungkin berminat untuk membeli, tapi tentu di harga diskon yang cukup besar, dimana mereka merasa aman untuk membelinya.
Jadi menurut saya seperti itulah kondisi yang mungkin akan terjadi tanggal 11 Februari nanti, banyak orang yang sangat ingin untuk menjual sahamnya, dan siapa yang mau membelinya masih cukup misterius. Jadi marilah kita berharap supaya ada “tangan-tangan” misterius yang mau mengangkat saham ini, sehingga dana para investor retail bisa terselamatkan, karena tanpa peran serta dari mereka kemungkinan akan ada panic selling dari para investor retail yang ingin uangnya cepat kembali.
Saya harap artikel ini bisa memberikan pencerahan bagi kita semua, saya tunggu pendapat dan masukan dari rekan-rekan yang lain.
Let’s hope for the best and prepare for the worst. God bless you all.
Saham-saham dalam masa IPO tidak dapat dianalisa secara Technical, dan sangat sulit dianalisa secara Fundamental karena keterbatasan data yang tersedia, dan analisa yang ada justru dikeluarkan oleh pihak underwriter yang bertujuan menjual saham yang dijaminnya. Karena itu Analisa Bandarmologi adalah satu-satunya opsi yang tersedia untuk memprediksi kemana pergerakan harga setelah proses IPO selesai. Jika anda berminat mempelajari Analisa Bandarmologi di saham-saham yang akan IPO, anda bisa mengikuti Bandarmologi Workshop yang kami adakan di hampir semua kota besar di Indonesia. Informasi lebih lanjut dapat dibaca di sini.
[follow_me]
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
8 comments
Tulisan yang bagus,….. lanjut……..
Dari proses pertama ipo Garuda, sdh tampak adanya pemaksaan untuk ipo. Perusahaan dg operating profit yg masih minus, dipaksa agar bisa ipo, tanpa sedikitpun di-kosmetik/dipoles lap keu-nya. Kemudian sialnya lagi, pemerintah mengalokasikan ipo Garuda 80 % untuk lokal, dg alasan adanya trauma atas ipo KRAS. Benar2 trauma KRAS, ataukah sdh tahu foreign gak akan mau makan ipo ini. he he he ……
Dari proses awal, tampak jelas ipo Garuda terkesan dipaksakan. Perusahaan dg operating profit yg masih minus, dipaksa melantai ke bursa, tanpa kosmetikasi lap keu sama sekali. Dan lebih sialnya lagi, dg alasan trauma ipo KRAS, lokal mendapat jatah 80 % dari seluruh ipo ini. Benar trauma KRAS, ataukah sdh tahu foreign gak tertarik ikut ipo ?
Garuda sekali lagi Garuda… jangan sampai Financial Reengineering yang dilakukan membohongi publik !. Masak iya dari yang katanya untung Rp 1 Triliun lebih tahun kemarin… eeee tahun ini malah LABA USAHA nya NEGATIF alias RUGI ! Dan coba cek itu sinyalemen dari underwriter (UBS) tahun 2011 Garuda TECHNICALLY DEFAULT ! Karena Debt to EBITDAR ratio dan COVERAGE to EBITDAR ratio nya TIDAK MEMENUHI ECA Covenant. Lha kaya Gitu mau IPO ?
ARGHA JONATAN,ANDA BENAR BUKTINYA ANAK PERUSAHAAN GARUDA INDONESIA YAKNI GMF AERO ASIA BATAL / DIUNDUR WAKTU UNTUK IPO TAHUN INI…..
kita liat aja besok, tapi kalo od sudah beberapa kali nih ipona “gagal”, maksudnya saham di hari pertama tidak naik malah turun..
Iya pak setuju…. kita cuma bisa menebak dan menyaksikan pertunjukan yang penuh dengan kepentingan besok…. Semoga investor ritel yang menang.
analisa yg sangat bagus, two thumb for you. apalagi ini adalah ulasan sebelum kejadian.
Saya ada pertanyaan pak Argha, anda mendapatkan informasi ini sebelum listing di lantai bursa. sehingga bisa menuliskan ini sebelumnya. bagaimana kita dapat info suatu saham yg mau IPO , sudah over subcribed atau under subcribed ?
kalau saya lihat prospectus suatu saham ipo di bapepam_lk, orang awam tidak bisa masuk.
bagaimana caranya masuk ke web nya bapepam , perlukah regristrasi dahulu ?