Financial freedom dan time freedom mungkin 2 hal yang menjadi cita – cita semua orang di dunia, bisa bebas pergi kemana saja dan melakukan apa saja tanpa harus terikat oleh keterbatasan uang dan waktu. Namun nyatanya tidak semua orang menghidupi dua hal ini. Ada orang yang mempunyai kebebasan secara finansial tetapi tidak bisa menikmati hidup karena terikat oleh waktu kerja, ada juga orang yang tidak terikat oleh waktu namun tetap tidak bisa menikmati hidup karena terbatas secara finansial (pengangguran).
Rich Dad Poor Dad, salah satu buku nasehat keuangan terbaik yang pernah ada, berhasil memberikan gagasan yang sempurna tentang golongan orang melalui cara mereka menghasilkan uang. Dalam buku ini, Robert T Kiyosaki menjelaskan tentang bagaimana orang kaya berpikir untuk menghasilkan uang (finacial freedom) tanpa harus melakukan pekerjaan yang sama berulang – ulang (time freedom) setiap harinya. Tipe orang seperti ini disebut tipe Investor, golongan orang tertinggi di klasifikasi ini. Mereka mampu membuat uang tanpa harus bekerja.
Konsep passive income yang dijelaskan sedikitnya mengkonfirmasi pandangan orang tentang “yang kaya akan semakin kaya, yang miskin akan semakin miskin.” Mirisnya hal ini memang terjadi karena berbagai budaya dan pola pikir yang sudah tertanam dalam kepala kita selama bertahun – tahun. Salah satunya melalui apa yang kita lakukan kepada uang kita ketika kita menerimanya, apakah kita membeli hal yang mampu memberikan kita uang lebih banyak atau malah membeli hal yang malah menggandai pengeluaran kita.
Aset dan Liabilitas
Salah satu konsep yang paling mengagumkan yang dijelaskan dalam buku Rich Dad Poor Dad adalah tentang memilah aset dan liabilitas. Mungkin suatu hal yang remeh karena kita sering mendengar tentang hal ini, namun nyatanya banyak dari kita yang tidak benar – benar paham tentang konsep ini. Aset adalah suatu hal yang kita miliki dan berfungsi untuk memasukan uang ke saku kita sedangkan liabilitas adalah suatu hal yang kita miliki dan malah mengeluarkan uang dari saku kita.
Bentuk – bentuk ketidakpahaman sebenarnya sering kita dengar dan lihat sehari – hari. Salah satu contoh yang mungkin paling kontroversial adalah seperti ini, seorang pria berumur 27 tahun datang ke pameran real estate yang ada di suatu kota, ia berharap dapat menemukan rumah terbaik untuk menjadi rumah pertamanya. Disaat yang bersamaan ada seorang real estate agent yang sedang berusaha menjual rumah – rumah tersebut, yang akhirnya bertemu dengan pria 27 tahun ini. Sangat mudah ditebak bahwa salah satu kalimat persuasif yang diucapkan agent ini adalah “rumah ini akan menjadi aset terbaik anda.”
Jika kita mengerti konsep aset dan liabilitas dengan baik maka pasti kita akan paham bahwa rumah yang kita tinggali jika tidak dipakai untuk usaha atau untuk diperjualbelikan, bukanlah aset melainkan liabilitas, karena kita harus membayar semua biaya yang terkait dengan rumah kita seperti biaya listrik, biaya air, dan mungkin hampir tidak ada uang yang bisa kita terima dari kepemilikan rumah tersebut. Kita memberikan label aset terhadap rumah yang kita miliki tidak lebih dari sebatas ikatan emosional karena kita menghabiskan banyak uang dan tenaga untuk memiliki rumah tersebut.
Bukan untuk disalahartikan, rumah sangatlah penting, tempat membangun keluarga dan kehidupan, kita sangat memerlukan rumah, hanya saja memang tujuan kita memiliki sebuah rumah untuk ditinggali memang bukan sebagai uang warna merah seperti yang dijelaskan diatas.
Kesalahpahaman dalam membedakan aset dan liabilitas bisa sangat berpengaruh pada masa depan kita. Mungkin disatu kondisi secara tidak sadar hampir 75% uang yang kita habiskan setiap bulannya hanya untuk ditukarkan dengan liabilitas. Faktanya kejadian seperti itu bukannya jarang terjadi. Untuk membantu mejelaskan, kita memerlukan beberapa sample dari aktifitas transaksi yang paling banyak terjadi akhir – akhir ini yang bisa mewakili mayoritas perilaku transaksi. Jika kita mengutip salah satu lembaga survey, Nielsen, di tahun 2017 ada sekitar 46% aktifitas belanja online terjadi secara impulsif (melakukan tanpa berpikir, kesenangan). Dari 46% orang yang melakukan aktifitas belanja online tersebut, hanya sedikit dari barang yang ditransaksikan berupa aset.
Bukan berarti kita tidak boleh memiliki liabilitas, dan hanya perlu mengumpulkan aset. Kita perlu keduanya untuk membangun hidup kita. Jika kita tidak mempunyai liabilitas mungkin saja kita tidak bisa melangsungkan hidup karena tidak ada yang bisa membuat kita senang dan bertumbuh. seperti halnya liabilitas perusahaan untuk membayarkan deviden kepada seluruh pemegang saham, jika perusahaan tidak melakukan hal tersebut mungkin semakin sedikit orang yang mau membeli saham dari perusahaan tersebut.
Financial Planning
Penting sekali untuk kita memiliki pemahaman finansial yang baik, bukan untuk menambah informasi saja, tetapi untuk membekali kita agar kita bisa memasuki tipe seorang Investor seperti yang dijelaskan Robert T Kiyosaki. Karena itu penting sekali untuk kita mulai memikirkan tentang financial planning dalam menata masa depan kita. Salah satu tujuannya adalah agar uang yang kita punya memiliki visi yang jelas (untuk mengumpulkan aset lebih daripada liabilitas).
Semua golongan orang perlu melakukan financial planning yang baik, karena tentu setiap orang memiliki tujuan mengapa mereka bekerja. Salah satu aktifitas financial planning yang sering terlihat di kehidupan sehari – hari adalah marketing bank menawarkan tabungan dengan jangka waktu tertentu ataupun seorang agen menawarkan proteksi hari tua dalam bentuk polis asuransi. Umumnya marketing dari bank ataupun asuransi akan mulai masuk dengan menjelaskan pentingnya melakukan investasi jangka panjang, karena memang lebih baik kita mengecilkan beban tanggungan kita di masa depan dengan cara mencicilnya mulai dari sekarang.
Bentuk financial planning yang ditawarkan sering berupa perancanaan dana pensiun, perencanaan dana pendidikan anak, ataupun estate planning. Banyak orang beranggapan bahwa terlalu dini untuk kita memikirkan ketiga hal ini, namun sebenarnya jika kita mulai mengintip ke 3 dunia ini melalui rincian biayanya, mungkin kita akan mengerti mengapa kita membutuhkan financial planning. Biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit, faktanya tingkat inflasi untuk Pendidikan di Indonesia rata – rata 15% setiap tahunnya, jika kita tidak memiliki aset yang mampu tumbuh diatas angka tersebut maka kita harus mencari uang lebih banyak dan menyisihkan lebih banyak dari penghasilan yang kita dapatkan, dan yang paling parahnya lagi jika kita harus sampai berhutang untuk dana pendidikan anak. Jika anda mulai berpikir tentang seseorang yang anda kenal, pernah mengalami kejadian ini, maka sebaiknya anda mulai berpikir tentang financial planning.
Tiga jenis warna uang
Pada dasarnya kebutuhan setiap orang akan financial planning berbanding lurus dengan seberapa besar masa depan yang ia harapkan. Untuk membantu mensederhanakan setiap kebutuhan yang membangun masa depan kita, kita perlu mengetahui 3 jenis warna uang yaitu warna hijau, warna merah dan warna biru.
Uang yang berwarna hijau berfungsi untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari, atau mungkin lebih sederhananya adalah uang yang harus ada di dompet, atm, ataupun electronic money kita, yang siap untuk membiayai semua keperluan rumah tangga.
Uang yang berwarna merah berfungsi untuk mencari keuntungan, biasanya uang tersebut digunakan untuk membeli aset seperti saham, reksadana, properti dan lain – lain.
Warna uang yang terakhir adalah warna biru yang berfungsi untuk melindungi uang lainnya disaat yang lainnya tidak berfungsi dengan baik atau terhambat. Jenis uang biru ini adalah uang yang pasif, yang baru akan aktif disaat terjadi suatu resiko. Uang yang berwarna biru ini umumnya digunakan untuk membeli polis asuransi jiwa, asuransi umum, reasuransi, maupun BPJS.
Sebagian perusahaan yang bergerak di bidang asuransi umumnya menawarkan produk perlindungan yang digabungkan dengan investasi atau sebutan lainnya adalah unitlink. Jika kita melihat dari keperluannya sebaiknya kita tidak berharap untuk menghasilkan keuntungan yang signifikan dari uang biru ini. Karena uang pasif memang bukan untuk mencari keuntungan. Ia menjadi aktif hanya jika terjadi resiko.
Financial Planning dalam Siklus Hidup
Setiap fase kehidupan kita memiliki ciri – cirinya masing – masing, secara garis benar sebenarnya hanya ada 3 fase yang sama rata untuk setiap manusia.
Fase pertama adalah fase dimana manusia dilahirkan dan dibesarkan sampai manusia itu mempunyai kapasitas untuk menghidupi dirinya sendiri. Di fase ini manusia tidak bisa banyak memilih lahir dari keluarga yang seperti apa, mempunyai gaya hidup seperti apa, dan banyak pilihan hidup lainnya yang tidak bisa mereka pilih. Fase ini berlangsung sekitar 25 tahun hidup kita mulai dari lahir. Fase berikutnya akan jauh lebih menarik karena banyak pilihan yang bisa dibuat dan lebih membutuhkan perencanaan yang matang.
Fase kedua adalah fase dimana kita sebagai seorang manusia seharusnya sudah cukup siap untuk menghidupi diri sendiri dan orang lain yang menggantungkan hidup kepada kita (keluarga inti). Awal dari fase ini adalah saat kita mencari pekerjaan yang mampu menjadi active income kita, lalu setelah itu barulah kita mencari alternatif lain untuk mengumpulkan aset yang bisa digunakan untuk passive income.
Kita perlu bersyukur kepada Tuhan karena di fase ini kita diberikan waktu paling panjang dari ketiga fase yang ada. Jika kita melihat secara garis besar, financial planning baru akan sangat efektif digunakan jika direncanakan diawal – awal fase kedua ini, karena kita perlu mengatur sebagaimana caranya agar income yang kita mampu juga untuk mencukupi kebutuhan kita di fase ketiga. Financial planning yang dilakukan adalah dengan cara memberikan visi kepada setiap income yang masuk.
Jika kita sudah memasuki fase ini seharusnya kita sudah bisa memilih di kelas seperti apa hidup yang kita inginkan, apakah kita ingin hidup pas-pasan atau kita ingin hidup yang pas-pasan juga namun mampu diwariskan ke 10 generasi setelah kita.
Financial planning berguna untuk membantu bagaimana caranya agar gaya hidup yang sudah ditetapkan tidak turun meskipun saat kita sudah tidak bekerja. Beberapa upaya paling dasar yang dapat dilakukan adalah dengan income management, financial health checkup, dan risk profiling.
Mengatur income adalah hal pertama yang dilakukan. Dengan mengatur aset dan liabilitas apa saja yang kita beli, kita bisa terhindar dari beberapa masalah yang umum terjadi di masyarakat yaitu membeli terlalu banyak liabilitas dibandingkan aset.
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah melakukan financial health checkup. Dalam melakukan hal ini cukup banyak hal yang perlu di check seperti ketersediaan uang tunai atau tunai likuiditas, kemampuan menabung, tingkat hutang, mengukur aset produktif, dan mengukur kemungkinan bangkrut. Kelima hal ini perlu diukur satu per satu untuk menghitung ratio finansial. Umumnya perhitungan ini dilakukan oleh certificate financial planner.
Setelah menghitung ratio finansial maka kita perlu melakukan risk profiling. Apakah kita seorang yang cukup konservatif, moderate, atau agresif. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode wawancara atau kuesioner. Hasil akhir kita lah yang akan menentukan kemana seorang financial planner akan memberikan rekomendasi instrument investasi yang dibutuhkan yang sesuai dengan tujuan kita dan kepribadian kita.
Apakah financial planning kita berhasil atau tidak semua akan terjawab di fase ketiga hidup kita, yaitu fase pensiun. Fase yang paling memperlihatkan apa saja yang sudah kita kerjakan ketika kita masih dalam usia produktif. Sebagian orang mungkin merasa ia masih harus bekerja, sebagian menggantungkan hidup kepada orang lain (anak), dan hanya sedikit yang akhirnya bisa mandiri di masa pensiunnya. Ada yang menyesal, ada yang akhirnya malah semakin menikmati hidup. Pilihan ada di tangan kita, kerja di hari tua, bergantung pada anak, atau mandiri. if you failed to plan, you plan to fail.
Selama ini Kekuatan Psikologis dalam trading umumnya hanya bisa didapatkan dari pengalaman selama bertahun-tahun, namun untuk mempercepat dan menyederhanakan proses tersebut Team Creative Trader akan mengadakan Workshop Psikologi Trading dan Money Management, yang akan diadakan untuk pertama kalinya di Jakarta (4-5 Agustus 2018) dan Surabaya (3-4 November 2018). Klik disini untuk mengetahui materi apa saja yang akan diajarkan dalam workshop ini.
Related: Jadwal Workshop Bandarmologi yang baru sudah kembali tersedia, dalam 4 bulan kedepan kami akan mengadakan Workshop di Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar, bagi anda yang sudah memahami pentingnya Analisa Bandarmologi dan ingin belajar secara mendalam mengenai bagaimana membaca pergerakan bandar, dan memanfaatkannya untuk keuntungan kita sebagai investor ritel. Anda bisa mendapatkan info lengkapnya disini.
Joseph Gabetua S.S.T.
Analyst of Creative Trading System. Relentless Trader and Part Time Investor. Huge dreams, Small me.