Kementerian Pertanian (Kementan) akan memanfaatkan lahan bekas tambang seluas 2.5 juta ha untuk pengembangan jagung sehingga lahan jagung lokal akan bertambah menjadi 7 juta ha dan produksi jagung di 2017 mencapai 26 juta ton. Ada sentimen positif untuk Poultry karena suplai jagung lokal dapat meningkat yang membuat harga jagung turun sehingga biaya bahan baku pakan ternak pun turun.
Pasar mengkhawatirkan dengan kebijakan jagung lokal dan melarang jagung impor, harga jagung akan melonjak karena produksi lokal yang masih terbatas. Namun setelah diberitakan bahwa Kementerian Pertanian akan menggunakan lahan bekas tambang seluas 2.5 juta ha, ada potensi pertambahan jagung lokal sebesar 7 juta ha menjadi total 26 juta ton di 2017. Selain itu, ada kemungkinan terjadi panen raya produksi jagung yang membuat harga jagung berpotensi terus turun atau setidaknya tidak melonjak.
Pendapatan CPIN sebanyak 48% berasal dari bisnis pakan ternak yang menggunakan jagung sebagai bahan mentah. JPFA hanya tercatat sebesar 37.2%.
Porsi pendapatan CPIN dan JPFA (estimasi 2017)
Oleh karena dengan asumsi jagung rendah maka akan ada efisiensi di bisnis Pakan Ternak dan CPIN yang paling berpotensi positif.
Secara teknikal, CPIN berpotensi mengakhiri Primary Downtrend dari Rp4,000an di Jul’16 dengan Breakout Rp3,200 di Okt’17. Dengan demikian, seiring dengan CPIN memasuki Primary Uptrend, sangat mungkin CPIN kembali mendekati Rp4,000 dan bahkan melewatinya.
CPIN berpotensi segera mengakhiri Secondary atau Minor Downtrend dan memulai Secondary Uptrend menuju setidaknya Rp3,800.
Chart Daily CPIN
Kontributor : Primary Trader
Analisa ini diambil dari Channel Telegram Primary Trader tanggal 27 Okt’17. Klik di sini untuk join (gratis)
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market