Sepanjang akhir pekan ini pemberitaan mengenai Penutupan Pabrik dari anak usaha AISA, PT Indo Beras Unggul menghiasi hampir semua media masa, dan semua forum saham di dalam negeri. Perkembangan kasus ini sangat cepat, jajaran Kepolisian, Kementrian Pertanian, YLKI, Menteri Sosial, dan banyak pihak lainnya semua seakan-akan berlomba memberikan komentar dan penyataannya mengenai kasus ini. Dan sejauh ini tidak ada satupun berita baik yang keluar, krisis yang dialami AISA ini sepertinya bertambah buruk dari jam ke jam sepanjang akhir pekan ini.
Bagi anda yang tidak sempat mengikuti berita ini berikut beberapa point penting mengenai kasus ini, dikumpulkan dari beberapa berita sampai minggu malam.
- Jumat pagi, Kapolri dan Menteri Pertanian melakukan penyegelan PT Indo Beras Unggul (atau biasa disebut PT. IBU), pabrik beras milik AISA, karena dugaan menjual beras bersubsidi dengan harga premium
- Dalam konfrensi Pers, Kapolri mengatakan perusahaan sudah merugikan rakyat dan negara senilai ratusan triliyun, setelahnya Mentan mengatakan jumlah kerugian negara karena ulah PT ibu mencapai 15 Triliyun
- Pemerintah membekukan ijin operasi dari PT IBU
- YLKI meminta produk-produk beras milik AISA yang beredar di masyarakat segera ditarik dari peredaran
- 2 merek beras miliki AISA, Cap Ayam Jago dan Maknyus terlihat mulai hilang di beberapa jaringan Super Market, kemungkinan akan banyak lagi yang menyusul kedepannya, terutama karena perusahaan pemiliki beras ini sudah dibekukan ijin operasinya.
Secara fundamental penutupan PT. IBU dapat memberikan pengaruh yang besar pada kelangsungan usaha AISA, karena bisnis beras selama ini memberikan kontribusi lebih dari 60% pendapatan perusahaan, jadi dengan disegelnya PT IBU, maka AISA akan kehilangan lebih dari setengah pemasukannya.
Pemberitaan media besar-besaran mengenai kasus ini pun akan dan sudah merusak image kedua merek beras yang dimiliki perusahaan, jadi kalaupun perusahaan dinyatakan tidak bersalah, tetap diperlukan waktu dan usaha besar untuk kembali mendapatkan ‘market share’ yang selama ini dimiliki oleh perusahaan.
Dari sisi keuangan kehilangan 60% dari pendapatan secara tiba-tiba meskipun hanya bersifat sementara akan sangat bahaya bagi keberlangsungan perusahaan, terutama dari sisi cashflow (aliran kas) perusahaan, apalagi jika melihat AISA memiliki beban hutang yang cukup besar.
Jadi dari sisi fundamental, masa depan dan kelangsungan perusahaan cukup mengkhawatirkan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, terlepas dari bagaimana vonis pengadilan terhadap kasus ini di masa yang akan datang.
Di balik parahnya krisis yang sedang dialami AISA saat ini, para investor menemukan ada beberapa keanehan yang terjadi dalam kasus ini, antara lain :
KENAPA KAPOLRI DAN MENTERI PERTANIAN HARUS TURUN LANGSUNG DALAM PROSES PENGGEREBEKAN?
Kehadiran Kapolri dalam proses penggerebekan PT IBU dianggap cukup mengherankan, karena kehadiran kedua pejabat tertinggi negara yang berhubungan langsung dengan kasus ini jelas tidak diperlukan untuk menutup sebuah pabrik beras.
Bukan hanya datang namun kedua petinggi negara tersebut juga melakukan konfrensi Pers di TKP sambil menebar banyak statement-statement bombastis yang merusak image perusahaan di mata masyarakat, jauh sebelum kasus ini masuk ke pengadilan dan vonis bersalah diberikan.
Kemunculan 2 orang penting ini masih jadi perbincangan di banyak kalangan, banyak yang berpendapat bahwa kasus ini sarat dengan kepentingan politik, namun terlepas dari ada atau tidaknya kepentingan lain di luar tindak kriminal yang dituduhkan, atau siapa yang benar dan siapa yang salah. Dari berbagai informasi yang didapatkan kita bisa memprediksi beberapa hal yang akan terjadi dalam beberapa waktu kedepan.
Pertama, proses penutupan perusahaan kemungkinan besar akan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang salah satu alasannya karena nama besar POLRI juga akan dipertaruhkan disini, setelah berbagai tuduhan yang dilontarkan oleh Bapak Kapolri Tito Karnavian.
Rasanya masalah ini tidak mungkin beres dalam 1-2 minggu kedepan, dalam waktu begitu singkat hampir mustahil tuduhan akan dicabut, pabrik kembali beroperasi dan pemasukan kembali mengalir di perusahaan. Sebagai pemain saham tentunya kita tahu pasti apa yang bisa terjadi dalam waktu 1-2 minggu tanpa kejelasan tersebut.
Selain itu kami juga mendapatkan satu berita menarik yang dirilis oleh Website Polri, mengenai statement Kabareskrim menganggapi hasil uji lab yang dilakukan oleh Baresktrim :
Tanggapan langsung Kabareskrim Polri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto “Ini mencurigakan. Ada apa dengan perbedaan kandungan nilai gizi itu? Sekadar memainkan mutu beras? Persoalan bisnis semata? Atau merupakan usaha sejenis melemahkan bangsa ini di kemudian hari melalui kandungan mutu dan gizi di beras?”
Bayangkan Pabrik Beras dituduh melakukan “usaha melemahkan bangsa’ oleh Kabareskrim. Suatu statement yang menurut saya pribadi cukup berlebihan namun menandakan panasnya kondisi saat ini, dan kemungkinan masih butuh waktu yang cukup lama untuk bisa mendingin.
APAKAH BENAR MASYARAKAT DIRUGIKAN ?
Kejahatan yang dituduhakan Kepolisian pada pihak PT Indo Beras Unggul adalah praktik pengoplosan beras bersubsidi ke dalam beras berkualitas, dan dijual di harga tinggi, sehingga merugikan masyarakat karena harus membeli beras tersebut di harga mahal. Namun pertanyaannya benarkan Masyarakat dirugikan ? Dari beberapa diskusi di forum-forum saham banyak investor yang selama ini menjadi konsumen produk-produk dari AISA ini, dan tidak pernah merasa harga beras tersebut ‘kemahalan’, pemilihan konsumen terhadap dua produk beras milik AISA ini pun umumnya dititikberatkan pada kualitas dan bukan murah atau mahalnya harga.
Lagi pula kalau pun beras Cap Ayam Jago dan Maknyus dianggap kualitasnya jelek atau harganya kemahalan , masyarakat masih punya banyak alternative lain, di berbagai level harga dan kualitas. Jadi pemberitaan di berbagai media bisa dianggap cukup berlebihan.
AKSI JUAL MISTERIUS INVESTOR ASING DALAM 2 BULAN TERAKHIR
Sejak awal bulan Juni lalu, secara misterius para investor asing pemegang saham AISA melakukan aksi jual besar-besaran di saham ini. Sejak awal bulan Juni sampai penutupan market hari Kamis lalu (sehari sebelum penyegelan Pabrik PT IBU) dalam 29 hari perdagangan Investor Asing sudah menjual saham AISA sebesar 179 Milyar, jumlah ini adalah record penjualan investor asing terbesar sepanjang sejarah AISA. Tiga kali lipat dari record penjualan sebelumnya yang hanya berkisar 60 Milyar dalam 29 hari perdagangan.
Dalam grafik Foreign Flow AISA diatas kita bisa melihat bahwa ada aksi jual investor asing misterius dan luar biasa besar di AISA 2 bulan sebelum terjadinya proses Penyegelan oleh Kepolisian. Jadi meskipun kami mendapat beberapa tanggapan negatif selama akhir pekan ini terhadap artikel yang kami rilis hari Jumat lalu yang berjudul AISA Terancam Bangkrut, Tapi BANDAR Sudah Berhasil Kabur !!, terutama setelah artikel kami tersebut dipublikasikan ulang oleh beberapa media nasional sehingga banyak dibaca berbagai investor yang kemungkinan belum paham mengenai konsep Bandarmologi.
Namun fakta di atas menunjukan bahwa di masa-masa penyidikan yang dilakukan oleh Polri terhadap kasus ini, secara misterius investor asing pemegang saham AISA melakukan aksi panic selling dengan jumlah terbesar sepanjang sejarah di saham AISA. Aksi jual asing yang luar biasa ini berulang kali kami bahas di LINE OFFICIAL Creative_Trader dan dibaca langsung lebih 8.000 follower kami sepanjang bulan Juni dan Juli ini jauh sebelum kasus ini muncul ke permukaan.
Bukan cuma itu, menurut perhitungan System Foreign Flow kami sejak awal masa panic selling di awal bulan Juni sampai sehari sebelum penggerebekan, Investor Asing sudah menjual AISA sebesar 1 juta lot, dengan rata-rata harga penjualan di kisaran di harga 1.739/ lembar. Jika kita mundur kebelakang, diperlukan waktu 10 bulan (sejak tanggal 20 Juli 2016) untuk investor asing mengumpulkan saham sebanyak 1 juta lot tesebut dari investor lokal, dan average pembelian mereka dalam periode tersebut ada di level 2.148/ lembar.
Jadi ternyata investor asing bukan hanya melakukan aksi jual misterius dalam 2 bulan terakhir, mereka juga sedang melakukan aksi cut loss besar-besaran di saham AISA, dengan estimasi kerugian yang dialami investor asing mencapai (2.148 – 1.739) x 1 juta lot = 40 Miliar Rupiah. Jangan lupa semua perhitungan ini dilakukan sampai penutupan market hari Kamis minggu lalu, sebelum proses penggerebekan dilakukan pada hari Jumat pagi. Jadi menurut kami sangat wajar jika kami menghubungkan aksi yang dilakukan investor asing ini dengan proses penyelidikan yang sedang dilakukan oleh kepolisian.
Aksi cut loss tersebut juga menjadi bukti kalau investor asing sudah dalam kondisi yang panik sejak bulan Juni lalu, kepanikan yang membuat mereka rela melakukan Cut Loss sebesar 40 Miliar.
WHAT’S NEXT FOR AISA ?
Dari semua fakta yang dijelaskan di atas kita sama sekali tidak menemukan ada indikasi positif untuk saham AISA dalam jangka pendek. Penutupan pabrik, panasnya kondisi antara pihak Perusahaan dengan pihak Kepolisian dan Kementrian Pertanian, dan kondisi Cashflow perusahaan yang dalam bahaya besar jika kasus ini berkepanjangan karena akan menyetop 60% dari pendapatan AISA yang dapat mendatangkan kebangkrutan bagi perusaan ini. Asset yang dibekukan juga juga membuat perusahaan ini tentu akan sangat sulit mendapatkan pinjaman dari pihak Bank untuk menutupi kebutuhan Cash selama kasus ini berlangsung.
Namun kami menemukan satu fakta penting yang berpotensi membuat harga saham ini bisa naik meskipun kondisi-kondisi di atas belum berubah sama sekali.
Selama ini kita melihat saham-saham yang harganya terjun bebas seperti BEKS, BUMI, WSBP, dan banyak lagi, umumnya memiliki persentasi kepemilikan investor ritel yang besar dan terus meningkat, karena memang investor ritel umumnya menjadi pihak yang paling lemah di bursa kita, baik dari sisi informasi, modal maupun strategi, jadi sangat rawan dikerjai oleh pihak-pihak besar atau BANDAR.
Namun hal ini tidak terjadi dalam kasus AISA ini, kepemilikan investor domestic dalam negeri (Ritel) di saham ini sampai akhir bulan Juni hanya sebesar 5%. Rendahnya kepemilikan investor ritel di saham ini disebabkan karena saham ini memang masih masuk dalam kategori ‘saham unggulan’ sampai bulan akhir Mei lalu, itu sebabnya investor asing pun terlihat masih melakukan akumulasi di saham ini pada saat itu. Jadi sangat wajar kalau kepemilikan ritel di AISA kecil, karena seperti kita ketahui BANDAR punya seribu satu cara untuk mengalihkan perhatian dan dana investor ritel ke saham-saham dengan ‘kualitas rendah’, sementara mereka memborong saham-saham dengan kualitas tinggi.
Perubahan signifikan baru terjadi di awal bulan Juni lalu ketika investor asing secara tiba-tiba melakukan aksi panic selling yang kami bahas di atas, dalam periode tersebut kemungkinan besar investor asing sudah menyadari kalau AISA dalam bahaya besar, dan mereka harus secepatnya menjual saham ini ke investor lokal terutama investor ritel yang tidak tahu apa-apa pada saat itu.
Hal ini dikonfirmasi dengan peta kepemilikan investor ritel yang meningkat drastis dari 3.8% di akhir Mei ke 5% di akhir bulan Juni lalu. Kepemilikan ritel kemungkinan akan meningkat jauh lebih besar lagi ketika data kepemilikan kembali dirilis oleh KSEI akhir bulan ini Juli ini.
Namun karena jangka waktu distribusi yang begitu singkat, meskipun asing sudah melakukan aksi cut loss besar-besaran dalam 2 bulan terakhir supaya mereka bisa menjual saham sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat mungkin, tetap saja kepemilikan investor asing di saham ini masih sangat besar. Sampai akhir Juni lalu masih 62% dari saham beredar AISA dimiliki oleh investor asing.
Jika melihat aksi jual lanjutan yang dilakukan Asing selama bulan Juli ini menurut prediksi kami kepemilikan mereka di AISA saat ini berada di level 60% – 61%
Sementara Kepemilikan Investor Ritel kemungkinan akan bertambah signifikan di akhir bulan Juli ini, hal ini bisa dilihat dalam Grafik Bandarmologi Pro di atas dimana kurva biru yang menandakan grafik pembelian yang dilakukan oleh broker-broker ritel terus naik tajam seiring dengan kejatuhan harga AISA sejak bulan Juni lalu.
Hal ini menunjukan bagaimana hebatnya ASING menjual saham yang sedang ‘bermasalah’ ke investor ritel. Namun di sisi lain juga menunjukan bahwa para Investor Asing pun dalam masalah besar saat ini, karena dalam 2 bulan terakhir pasti sudah banyak investor ritel yang nyangkut di AISA, akibat aksi distribusi besar-besaran yang mereka lakukan, namun meskipun demikian kepemilikan mereka masih tetap di atas 60%.
Setelah keluarnya berita-berita mengerikan dalam 3 hari terakhir, pasti akan jauh lebih sulit untuk mereka menjual sahamnya ke Investor Ritel. Dalam kondisi seperti ini jika para pemain besar tetap ingin mendistribusi saham mereka sebannyak mungkin, maka diperlukan manuver pergerakan harga yang sangat extreme di saham AISA dalam beberapa minggu kedepan, dimana harga bisa naik-turun puluhan persen setiap harinya.
Kasus seperti ini pernah terjadi di saham TRAM pada tahun 2014 lalu, pada saat itu perusahaan juga terkena masalah hukum karena salah satu kapalnya tertangkap sedang menyelundupkan BBM bersubsidi dan perusahaan ini jugadikhawatirkan akan bangkrut, harga sahamnya pun turun dari 1800an sampai ke 50.
Namun berkat manuver pergerakan harga yang Extreme yang dilakukan BANDAR TRAM, serta promosikan gencar yang dilkukan di berbagai media pada saat itu, meskipun perusahaannya sedang terancam kebangkrutan dan harga sahamnya terjun bebas, BANDAR tetap berhasil ‘membuang’ saham mereka ke Investor Ritel.
Terlihat pada grafik di atas, sebelum harga saham ini jatuh di level 1800an kepemilikan ritel di saham ini sebesar 23%, dan ketika harga saham ini terpuruk di harga 50 selama hampir 2 tahun kepemilikan ritel sudah berada di level 41.5%, artinya di tengah kejatuhan saham ini BANDAR tetap berhasil mendistribusi saham yang mereka miliki dalam jumlah yang cukup besar. Ironisnya ketika harga TRAM mulai naik di tahun 2016 lalu, kepemilikan investor ritel langsung turun lagi secara signifikan.
Menurut pandangan kami jika saham AISA tidak di suspend dalam waktu dekat, maka kemungkinan besar saham ini akan bergerak cukup volatile dalam beberapa waktu kedepan, hal ini sudah mulai terlihat dari pergerakan Broker Metrill Lynch hari Jumat lalu, yang sudah kami bahas.
Momentum ini bisa dimanfaatkan bagi para professional trader untuk mencari keuntungan jangka pendek, namun bagi anda yang lebih konsevatif seperti saya, sebaiknya jauhi dulu saham seperti ini.
Related: Analisa Bandarmologi adalah analisa yang dapat membantu melihat bursa saham dari sudut pandang yang berbeda, menjawab berbagai pertanyaan yang selama ini tidak terjawab oleh Analisa Fundamental atau Analisa Technical, dan tentunya meningkatkan profit anda dalam trading atau berinvestasi. Terbuka kesempatan bagi anda yang ingin mengikuti Workshop Bandarmologi Akhir Tahun yang dalam 3 bulan kedepan akan diadakan di SURABAYA, JAKARTA, dan secara ONLINE . Informasi lengkap dan pendaftaran klik disini.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God