Turunnya IHSG dalam 1 bulan terkhir membuat banyak investor dan trader merasa frustasi dengan tradingnya, perasaan tersebut sebenarnya cukup wajar terutama bagi pa trader-trader pemula dengan pengalaman kurang dari 1 tahun, yang memang belum pernah merasakan rasanya trading di masa bearish market.
Sebagian trader kemungkinan mulai melihat keuntungan yang beberapa waktu terakhir berhasil dikumpulkan, kembali ‘ditelan’ lagi oleh market, sebagian lagi bahkan mungkin lebih parah, karena setelah merasakan keuntungan sepanjang tahun 2017, di dan bukannya menarik keuntungan yang didapat, sebaliknya di awal tahun 2018 ini memutuskan untuk meng-inject dana lebih besar lagi, berharap bisa menghasilkan return yang lebih besar lagi, dan hanya karena bearish 1 bulan terakhir seluruh keuntungan yang sebelumnya diperoleh langsung hilang, bahkan sudah berubah menjadi rugi.
Jika anda termasuk investor yang merasakan fenomena ‘untung setahun hilang karena rugi sebulan’ anda tidak perlu merasa frustasi, karena hal ini memang merupakan sesuatu kesalahan yang wajar dilakukan para investor pemula.
Di awal tahun ini, saya diminta untuk memberikan Outlook tahun 2018 oleh perusahaan asuransi terbesar di Indonesia, saya diminta untuk membahas prospek unit link kapada para top agent dari asuransi tersebut. Pada acara tersebut selain mengatakan bahwa IHSG berpotensi mengalami koreksi yang cukup besar di kuartal pertama 2018, saya juga mengatakan :
“Perbedaan trader berpengalaman dengan trader pemula di saat market terus bergerak naik seperti saat ini adalah : Trader berpengalaman akan menjual sahamnya, untuk membeli mobil baru. Sementara trader pemula akan menjual mobilnya untuk membeli saham baru. “
Selain merasa frustasi karena portfolio merah semua dalam kondisi seperti ini banyak trader yang mulai mempertanyakan metode tradingnya selama ini, ada juga yang mempertanyakan layanan rekomendasi berbayar yang selama ini diikutinya. Bahkan ada banyak juga yang mulai mempertanyakan apakah trading saham adalah pilihan investasi yang tepat.
Jika anda sedang mengalami hal-hal yang disebut di atas, kemungkinan anda adalah trader-trader pemula, yang memang baru sekali mengalami bearish market, jujur saya pribadi pun pernah mengalami hal yang sama ketika pertama merasakan hal tersebut, bukan hanya itu, saya bahkan butuh waktu cukup lama untuk mengetahui metode yang terbaik dan paling sesuai untuk saya untuk trading di saat market bearish seperti saat ini.
Seperti kita ketahui di saat market bearish seperti saat ini ada lebih banyak saham yang bergerak turun, jika di saat market bullish dari 10 saham kemungkinan ada 6 saham yang naik, 3 saham sideways dan 1 turun, dalam kondisi market bearish umumnya terjadi sebaliknya ada 6 saham turun, 3 sideways, dan hanya 1 yang naik. Jadi tentunya butuh skill yang cukup tinggi untuk menemukan 1 saham yang naik dari 10 saham yang ada.
Dulu saya mengira trader berpengalaman adalah trader yang berhasil menemukan 1 saham yang naik tersebut, sehingga meskipun market bearish untung mereka bertambah terus. Namun kenyataannya saya hampir tidak pernah bertemu trader seperti itu di kehidupan nyata, kalau pun ada yang mengaku selalu untung meskipun market bearish, orang tersebut umumnya hanya mengakut unutngk karena sedang menjual rekomendasi berbayar, dan seperti yang dialami hampir semua orang yang pernah mengikuti rekomendasi-rekomendasi berbayar, rekomendasi tersebut tidak pernah seindah yang diiklankan penjualnya.
Lalu bagaimana trader-trader berpengalaman menyikapi bearish market ?! Apa yang membedakan mereka dari trader-trader pemula, yang sebagian langsung mudur atau rugi ketika koreksi besar datang di bursa ? Karena saya sendiri sudah trading hampir 10 tahun di artikel ini saya akan mencoba menceritakan apa yang saya pelajari selama ini, setelah mengalami beberapa kali penurunan-penurunan signifikan di IHSG selama ini.
Seperti sering kami bahas dalam artikel-artikel lain mengenai Bandarmologi dan Foreign Flow kami selalu mengatakan di market bearish, dan ketika Bandar jualan sekalo pun, akan selalu ada masa-masa dimana harga di Mark Up oleh big player, jadi masa mark up itulah yang harus kita manfaatkan untuk memperoleh keuntungan dalam jangka pendek, di tengah masa bearish yang disertai guyuran para pemain-pemain besar seperti yang terjadi saat ini. Namun saya menyadari itu teorinya, prakteknya tidak semudah itu…
Karena meskipun mark up memang selalu terjadi tapi menentukan timing masuknya tidaklah mudah, kadang hanya karena timingnya miss 1 hari saja, keuntungan bisa gagal diperoleh, atau meskipun kita masuk di saat yang tepat, namun jika kita terlambat keluar, profitnya bisa tergerus signifikan.
Jadi sering kali meskipun saya sudah beberapa kali masuk dengan timing yang tepat, namun setelah dihitung-hitung setelah 1-2 bulan melakukan strategi tersebut di masa bearish, terkadang ujung-ujungnya masih loss juga, atau kalaupun berhasil untung namun hasilnya tidak sebanding dengan effortnya. Jadi dari pengalaman saya pribadi sih, trading di masa bearish hasilnya biasanya tidak sebanding dengan effortnya, karena ujung-ujungnya hasilnya paling mendeketi BEP alias nol.
Memang benar jika dibandingkan dengan IHSG yang bergerak turun di waktu yang sama, kita bisa menganggap bahwa kita untung, karena dengan jumlah modal yang berhasil kita pertahankan, dan mayoritas harga saham sudah bergerak turun, maka kita bisa membeli saham dalam jumlah yang lebih banyak.
Namun tentunya kalau tujuan kita cuma untuk mempertahankan modal, untuk apa kita trading? Kenapa kita tidak jual semua saham kita, dan liburan. Hasilnya sama, tapi kita punya waktu berlebih untuk melakukan apa yang selama ini tidak pernah sempat kita kerjakan, baik dalam trading atau dalam urusan pribadi.
Namun meskipun stretegi liburan terkesan sangat sederhana, namun untuk melakukannya bukanlah sesuatu yang gampang, itu sebabnya umumnya hanya trader berpengalaman yang bisa melakukannya, sementara trader-trader pemula malah berjuang setengah mati untuk mempertahankan modalnya dengan trading di masa bearish.
Ada beberapa alasan mengapa trader-trader baru umumnya sulit untuk berhenti trading di masa bearish :
Pertama karena kecanduan trading, jumlah trader baru umumnya akan bertambah signifikan di masa bullish, karena memang tidak bisa dipungkiri trading di masa bullish adalah sesuatu yang menyenangkan dan sering membuat kecanduan. Orang yang sudah kecanduan trading sangat sulit untuk berhenti, karena terkadang keseruan dan adrenalin yang dirasakan di saat trading lebih penting daripada keuntungan yang diperoleh, dan karena kecanduan dimulai ketika masa bullish di mana mayoritas saham bergerak naik, maka trader tersebut umumnya tidak menyadari ada yang salah dalam cara mereka trading, karena masih untung.
Namun ketika masa bearish datang, barulah efek negative dari kecanduan tersebut mulai terlihat, dan di saat itulah untung yang sebelumnya berhasil diperoleh hilang dalam waktu singkat, dan jika tidak segera berhenti bukan mustahil modal awal pun ikut tergerus. Padahal kalau mereka libur dulu, dan trading lagi ketika saham-saham sudah kembali bullish, market didominasi oleh saham-saham yang bergerak naik, dan saham-saham gorengan kembali berterbangan, dia bisa kembali menikmati kecanduannya tanpa membahayakan modalnya, namun jelas tidak mudah mengatakan hal tersebut ke orang yang sudah kecanduan.
Alasan lainnya adalah : Takut kehilangan kesempatan membeli saham di harga murah.
Banyak investor dan trader tidak mau berhenti trading di masa bearish, karena banyak investor dan trader melihat masa bearish sebagai kesempatan untuk membeli saham unggulan di harga murah, namun mereka takut kehilangan kesempatan membeli saham tersebut di harga terendah, jadi solusi yang biasa digunakan adalah dengan terus standby dan berada di market, supaya ketika market sudah berada di titik terendahnya kita bisa langsung bisa bereaksi.
Namun pada prakteknya siapa yang bisa tahu kapan market akan mencapai titik terendahnya ? Bagaimana caranya ? Karena pada akhirnya titik terendah baru akan terbentuk ketika harga sahamnya sudah naik. Bahkan dalam trend bearish juga selalu ada periode-periode mark up yang sudah kita bahas di atas. Jadi hanya karena kita terus standby di depan monitor selama masa bearish, tidak secara otomatis membuat kita punya probabilitas yang besar untuk membeli saham di harga semurah mungkin.
Selain itu ada juga resiko karena kita terus berada di depan monitor, kita jadi ‘iseng’ trading karena tidak sabar menunggu yang ujungnya meyebabkan kita nyangkut, dan ketika market berubah arah modal kita sudah terlanjur habis.
Jika kita bahas dari sudut pandang Psikologi Trading, anda mungkin sudah tahu bahwa pada tahun 2017 lalu kami sengaja menambahkan dalam team Creative Trader seorang dengan background psikologi, untuk mempelajari lebih dalam mengenai bagaimana seorang trader berpikir dan bereaksi mengahadapi berbagai kondisi di market. Dalam proses pelajaran tersebut kami menemukan bahwa dari sudut pandang psikologi denga nmemaksakan trading di saat harga saham-saham terus bergerak turun justru mengurangi peluang kita untuk bisa membeli saham di harga yang murah. Hal tersebut disebabkan karena jika kita terus berada di market dan terus merasakan penurunannya, otak kita akan kesulitan untuk melihat harga suatu saham sudah murah atau masih mahal.
Alasannya karena menurut ilmu psikologi persepsi ‘MURAH’ atau ‘MAHAL’ selalu didapat dari proses perbandingan dengan harga acuan sebelumnya, dan bukan dari nilai instrinsiknya.
Sebagai contoh jika anda diberi tahu bahwa ada satu rumah 3 kamar, di daerah Porto Alegre, Brasil dijual dengan harga 2 M.
Jika mendapat informasi seperti itu, mayoritas dari kita tidak bisa memutuskan bahwa harga yang ditawarkan itu ‘MURAH’ atau ‘MAHAL’ , dan meskipun kita diberikan gambar rumahnya, dan photo lingkungannya, tetap saja sulit untuk kita memutuskan harga rumah tersebut murah atau mahal.
Mengapa ? Karena kita tidak punya harga pembanding ! Proses yang dilakukan otak kita untuk menilai suatu barang murah atau mahal bukan dari jumlah uangnya atau kualitas rumahnya, tapi didapat dari membandingkan harga rumah tersebut dengan harga pembanding lainnya.
Rumah yang sama bisa terasa murah jika informasi yang kita dapatkan seperti ini :
Ada 1 rumah di Porto Alegre, Brasil, udah cukup lama mau dijual oleh pemiliknya namun nggak laku-laku, selama ini ditawarkan di harga 4M, tapi kebetulan pemilik rumah tersebut sekarang sedang sakit, dan butuh uang cepat untuk proses pengobatan, jadi sekarang rumah itu ditawarkan dengan harga 2M.
Dengan mendengar informasi tersebut rumahnya boleh sama, harganya sama, namun karena adanya harga pembanding sebelumnya 4 M dan sekarang 2 M, maka harga rumah tersebut akan dianggap MURAH.
Hal yang sama juga berlaku di saham, kalau kita bilang ke orang awam yang tidak pernah mengenal saham bahwa sekarang harga ASII di 7000 dan kita tanya apakah orang tersebut mau beli atau tidak, orang tersebut tentu akan bingung, meskipun orang tersebut tahu pasti bisnis Astra International, dan prospeknya kedepan. Kenapa ? Karena orang tersebut tidak memiliki harga pembanding, jadi dia tidak bisa memutuskan harga 7000 itu murah atau mahal.
Lalu apa hubungannya dengan masa trading bearish ?! Dengan trading di masa bearish kita akan terus memiliki harga pembanding yang baru, contoh hari Senin harga sahamnya 7.300, Selasa 7.200, Rabu 7.100 dan Kamis 7.000 dengan terus membanding-bandingkan begitu harga pembanding kita pun terus turun. Jadi jika hari Jumat harganya naik ke 7.200 bisa saja kita langsung merasa harga saham ini sudah mahal, karena pembanding kita adalah harga hari Rabu dan Kamis.
Sementara di hari yang sama ada trader yang sedang liburan, dan setelah libur 2 bulan dia melihat harga yang saham yang sama di 7.200 namun bedanya bagi dia pembanding yang dia miliki adalah harga sebelum dia mulai liburan di 9.500 jadi bagi dia harga saham di 7.200 sudah sangatlah murah, dan layak untuk mulai dibeli, dan tentunya anda bisa menebak trader mana yang akan mendapat keuntungan lebih banyak jika harga saham ini kembali lagi ke level 9.500 dalam 4 bulan kedepan.
Alasan psikologis inilah yang membuat saya pribadi lebih senang memilih untuk ‘libur trading’ ketika market sedang bearsih seperti sekarang, saya memilih untuk menjual saham-saham yang saya memiliki, dan memilih untuk menyimpan cash. Saya bahkan memilih untuk menarik uang dari RDI, supaya saya tidak ‘gatal’ untuk cepat-cepat masuk ke market terutama ketika market sedang turun-turunnya.
Saya memanfaatkan momentum seperti ini untuk melakukan hal-hal yang selama ini tidak sempat saya lakukan terutama ketika market sedang bullish, seperti membaca buku yang selama ini tidak sempat saya baca, melakukan riset-riset mendalam yang menghabiskan waktu dan biaya namun kami percaya akan bermanfaat di masa yang akan datang, kita juga bisa me-review ulang kinerja trading kita 1 tahun terakhir, untuk mencari hal-hal yang bisa kita improve di masa yang akan datang dalam trading kita, kalaupun itu semua sudah dilakukan kita bisa liburan ke negara yang selama ini ingin dikunjungi namun selalu tidak sempat karena kesibukan sehari-hari.
Jadi tips pertama yang bisa kami berikan untuk ‘cari untung’ di masa bearsih adalah dengan liburan. Dengan mengambil waktu off the market, kita bisa mengupgrade diri kita sebagai trader, me-refresh diri kita secara psikologis, dan tentunya yang tidak kalah pentingnya dengan liburan kita justru punya kesempatan yang lebih baik untuk memanfaatkan trend bearsih yang terjadi untuk memperoleh keuntungan yang signifikan di masa yang akan datang.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
3 comments
Strategi ini sepertinya mudah di lakukan bila yg bersangkutan kelebihan duit dan utk kebutuhan sehari harinya sdh tercover dari keuntungan tahun2 sebelumnya….namun bagaimana bagi seorang pemula yang belum mendapatkan keuntungan sepeserpun dan justru mendapat kerugian, sehingga tidak ada duit utk biaya hidup sehari hari….apalagi untuk liburan…..bicara dan menulis artikel memang sangatlah mudah….namun mohon maaf… kenyataan tidaklah semudah yang di tulis di artikel….
Kalo udah tahu nggak ada duit untuk bertahan hidup ngapain trading, makanya kalo trading jgn pake uang panas bosku..
Iya bener.. Tepat banget… Memang seperti ini seharusnya menghadapi bearish market.