Para investor saham yang masih pemula di Indonesia umumnya akan ‘dikenalkan’ dengan sosok Lo Kheng Hong (LKH), seorang sosok investor perorangan yang mendapat julukan Warren Buffett-nya Indonesia. Sesorang sosok bapak ramah, bersahaja, hidup sederhana, dan berhasil kaya raya dengan berinvestasi di bursa saham. Jika anda pernah mengenal beliau secara pribadi, atau mendengar cerita beliau anda kemungkinan setuju dengan saya kalau beliau memang seorang sosok panutan bagi para investor yang bisa dikatakan hampir sempurna.
Namun setelah anda berkecimpung sedikit lebih lama di market, anda akan mengenal salah satu sosok bapak lainnya yang tidak kalah Fenomenal. Bapak ini berusia lebih muda dari bapak Lo Kheng Hong, aksi beliau bahkan jauh lebih mirip dengan trader-trader pada umumnya di bursa daripada aksi Lo Kheng Hong. Jika aksi LKH umumnya mengandalkan kesabaran tanpa batas, dan unsur keberuntungan karena beliau berinvestasi sejak tahun 1990an. Aksi bapak yang satu ini mengandalkan kejeniusan beliau dalam mengatur strategi untuk trading baik jangka pendek atau jangka menengah, selayaknya trader-trader pada umumnya.
Jika kita berbicara kekayaan yang diperoleh dari bursa saham, bapak yang satu ini kemungkinan jauh lebih kaya dari Lo Kheng Hong. Namun ironisnya bapak yang satu ini tidak dikagumi dan dicintai seperti layaknya LKH, kejeniusan beliau dalam mengatur strategi trading justru membuat beliau menjadi sosok yang dibenci oleh banyak trader ritel, terutama mereka yang belum mempelajari Ilmu Bandarmologi, sehingga tidak bisa memahami strategi yang beliau lakukan.
Jika anda belum mengenal Bapak yang saya maksud, beliau adalah BANDAR dari saham NUSA, BANDAR yang menjadi otak dari pergerakan FENOMENAL saham NUSA dalam beberapa minggu terakhir. Jika anda belum tahu juga siapa beliau dan sepak terjangnya di Bursa Saham Indonesia, kemungkinan besar anda masih pemula, tunggulah sebentar lagi, saya yakin tidak lama lagi nama dari Bapak yang satu ini akan anda dengar.
Dalam artikel ini kami tidak akan banyak membahas mengenai pergerakan saham NUSA dari sisi Bandarmologi. Karena pergerakan BANDAR ini sangat-sangat sederhana dan sangat mudah untuk di-deteksi dengan ilmu bandarmologi paling sederhana sekalipun. Jika anda sudah cukup lama menjadi pembaca setiap website ini, saya sangat yakin hanya dengan melihat grafik di atas pun anda sudah bisa membaca pergerakan BANDAR NUSA ini.
Sementara bagi anda yang benar-benar baru mau mempelajari Ilmu Bandarmologi, saya akan membantu menjelaskan grafik di atas dalam beberapa poin pendek.
PERTAMA :
Pergerakan harga yang terjadi di bursa saham hanya akan terjadi ketika ada transaksi antara pembeli dan penjual. Artinya ketika para investor ritel berbondong-bondong membeli satu saham, maka pada saat itu harus ada BIG PLAYER atau BANDAR yang menjual barangnya pada ribuan bahkan puluhan ribu investor ritel. Dan sesuai hukum alam, yang KUAT (BANDAR) akan mengalahkan yang LEMAH (RITEL).
KEDUA :
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia 98% dari jumlah investor saham di Indonesia terdiri dari Investor Lokal Individual atau investor ritel. Dan lebih dari 80% investor tersebut tersebar di 5 Broker Ritel : YP (Mirae Assets), PD (Indo Premier), CC (Mandiri Sekuritas), NI (BNI Sekuritas) dan KK (Philip Sekuritas). Jadi jika kita mau melihat apa yang dilakukan oleh investor kecil, kita bisa melihat pergerakan 5 broker tersebut. Jangan lupa pada hukum alam di atas.
Hanya dengan memahami 2 poin di atas, anda sudah bisa membaca pergerakan BANDAR NUSA seperti yang tergambar dalam grafik di atas.
Zona Kuning saham NUSA mulai Bangkit, dan terlihat di Broker Summary di sebelahnya ke 5 Broker Ritel yang dibahas di atas semuanya dalam posisi JUALAN, (jika mundur kebelakang, aksi tersebut adalah aksi Cut Loss Investor Ritel dari aksi BANDAR NUSA sebelumnya)
Zona Orange karena setelah di cut loss saham NUSA terus bergerak naik, akhirnya para Investor Ritel memutuskan untuk membeli kembali saham ini, karena mengira harga sahamnya akan naik lagi. Hal ini terlihat dari 5 Broker Ritel, 3 di antaranya dalam posisi sebagai PEMBELI dalam periode ini.
Zona Merah, setelah investor ritel kembali meminati saham ini BANDAR NUSA, sekali lagi MEMBANTAI Investor Ritel, terlihat jelas bahwa di masa kejatuhan saham NUSA ini ke-lima broker ritel sudah menjadi Top Buyer alias nyangkuters. Jika kita melihat volume perdagangan dan jumlah saham yang di Cut Loss pada Zona Kuning, dibandingkan dengan jumlah investor ritel yang nyangkut karena membeli pada Zona Orange dan Merah, kita bisa melihat jelas bahwa jumlah KORBAN BANDAR di saham NUSA sudah meningkat secara signifikan.
Hal ini memang sudah sangat sesuai dengan Ilmu Bandarmologi, dimana yang KUAT akan mengalahkan yang LEMAH. Jadi sangat wajar ketika BANDAR BELI (Ritel jualan) maka harga akan naik. Dan ketika para investor beli (artinya BANDAR JUALAN) harga akan turun.
Namun pertanyaannya : Kenapa? Kenapa Investor Ritel masih terus menjadi korban padahal sudah 2 tahun lebih kami menjelaskan Ilmu Dasar Bandarmologi di atas pada ratusan ribu pembaca website kami setiap tahunnya ?! Kenapa begitu mudahnya Bandar menjebak Investor Ritel ?!
Beberapa tahun lalu kami mengira, mudahnya investor ritel jadi korban Bandar karena disebabkan oleh minimnya pengetahuan akan Ilmu Bandarmologi. Namun setelah 2 tahun terakhir kami mempelajari lebih dalam mengenai Ilmu Psikologi, kami menemukan bahwa masalahnya yang dihadapi investor ritel lebih kompleks dari sekedar kebutaan mereka akan Ilmu Bandarmologi.
Karena setelah dipelajari ternyata dalam kondisi tertentu ada bagian-bagian dalam otak manusia yang memang tidak bisa atau menolak untuk belajar. Jadi bisa bukan mustahil mereka yang sudah paham akan Ilmu Bandarmologi sekalipun tetap menjadi salah satu korban dari TARIAN MAUT BANDAR NUSA ini.
Itulah salah satu keahlian utama BANDAR NUSA yang kami bahas di atas, tidak heran Beliau menjadi Investor Individual paling kaya di Indonesia. Hal ini yang menyebabkan meskipun BANDARnya sudah dikenal berbahaya, perusahaannya fundamentalnya tidak terlalu jelas, dan jumlah korban dari BANDAR ini mungkin sudah mencapai ratusan ribu orang. Tetap saja beliau berhasil lagi mengalahkan ribuan investor ritel.
Tarian Maut Bandar Nusa yang membuat sahamnya menari-nari dari hijau ke merah, lalu ke hijau lagi, lalu ke merah lagi. Kadang pagi naik, lalu diturunkan, dinaikan lagi sekali lagi, sebelum akhirnya di banting turun. Tarian-tarian itu terbukti berhasil menghipnotis para investor ritel, sehingga untuk beberapa saat korbannya bisa melupakan semua ilmu yang sudah dimiliki, dan seperti ikan yang lapar berlomba-lomba menerkam umpan pemancing. Dan mereka baru sadar lagi ketika sudah terjebak Bandar seperti saat ini.
Untuk memancing sebanyak mungkin korban, ketika Bandar ini beraksi tarian maut ini ditayangkan di berbagai tempat seperti di running trade, di grafik, dan juga forum-forum saham. Jika anda selama ini merasa menjadi salah satu korban dari tarian yang kami bahas di atas, mungkin sebaiknya anda lari sejauh mungkin dari tempat-tempat tersebut. Masih banyak cara lebih mudah untuk memperoleh keuntungan di bursa kita, daripada harus mengalahkan Trader paling kaya di Indonesia.
Setelah mempelajari Ilmu Psikilogi dan memahami cara kerja otak manusia, kami menemukan beberapa cara untuk bisa melindungi diri kita supaya tidak terjebak dalam tarian maut seperti di saham ini. Hal inilah yang merupakan salah satu materi dalam Workshop Money Management dan Psychology Trading, yang akan kami adakan kembali di Jakarta (15-16 Des 18) dan Surabaya (19-20 Des 2019). Jika anda merasa membutuhkan skill tersebut, anda bisa mendapat info lengkap untuk mengikuti workshop tersebut disini.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God