Kita semua tahu seluruh rakyat Indonesia punya trauma masa lalu terhadap pelemahan nilai rupiah terhadap dollar Amerika.
Trauma tersebut disebabkan karena mengingat krisis moneter yang terjadi di tahun 97-98 yang bermula dari kejatuhan nilai tukar rupiah akibat aksi yang dilakukan oleh sejumlah spekulan besar, dan berakhir pada krisis moneter, jatuhnya pemerintahan orde baru.
Itu sebabnya salah satu tugas yang dimiliki pemerintah selama ini adalah untuk menjaga stabilitas rupiah terhadap USD untuk menjaga ketenangan masyarakat. Trauma yang sama juga menyebabkan setiap kali rupiah melemah semua media membahasnya, semua politisi mendebatkannya, membuat orang-orang awam pun semakin khawatir, krisis tahun 97-98 kembali terjadi.
Namun jika kita mau melihat secara objective, sebenarnya dalam 15 tahun terakhir tidak ada korelasi antara pelemahan rupiah dengan pelemahan ekonomi di dalam negeri. Karena ketika pada akhirnya ketika rupiah melemah ada pihak yang dirugikan dan ada juga yang diuntungkan, namun kalau ditotal, hasilnya kita sudah tahu. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia luar biasa cepat dalam 15 tahun terakhir, meskipun dalam periode yang sama nilai tukar rupiah terhadap USD terus melemah.
Kekhawatiran yang sama juga muncul saat ini, ketika rupiah kembali melemah, namun perlu kita ketahui sekarang ini krisis yang jauh lebih besar sedang terjadi, CoronaVirus menghentikan ekonomi di seluruh dunia. Negara-negara di lockdown, orang diminta diam di rumah, otomatis semua aktivitas ekonomi terhambat dan bukan cenderung berhenti.
Kondisi itu bisa mengakibatkan PHK besar-besaran, dan kalau krisis ini terus berlangsung artinya kedepannya bisa ada jutaan orang kehilangan pekerjaan, dan semua itu tidak ada hubungannya dengan USD.
Saat ini pemerintah di seluruh dunia sedang fokus membatasi penyebaran CoronaVirus, dan membatasi effect dari lockdown terhadap Ekonomi terutama golongan menengah kebawah, dengan memberikan bantuan langsung tunai, membangun rumah sakit darurat, dll.
Semua pekerjaan itu sudah merupakan masalah paling besar yang pernah dialami oleh generasi ini, ini masalah global, jadi kalau pemerintah tidak sanggup, akan sulit minta tolong ke negara lain.
Jadi sebaiknya pemerintah jangan direpotkan lagi dengan urusan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, melalui intervensi BI, hanya karena trauma masa lalu. Seluruh sumber daya yang ada harusnya difokuskan untuk melindungi diri dari serangan CoronaVirus baik dari sisi kesehatan dan juga sisi ekonomi.
Toh kalau krisis ini cepat berakhir, nilai tukar rupiah akan stabil dengan sendirinya, sementara kalau krisis ini berkepanjangan maka mayoritas export – import pun akan berhenti dengan sendirinya, karena negara-negara menutup bordernya masing-masing, jadi jelas berapa nilai tukar USD, Dollar Singapore atau EURO tidak akan banyak berdampak lagi kalau itu sampai terjadi.
Hal yang sama juga kami sarankan untuk rekan-rekan semua, kalau bisa jangan ikut berspekulasi dengan memborong USD untuk mengeruk keuntungan di masa genting seperti ini, mari sama-sama dukung pemerintah untuk sama-sama melawan coronavirus.
Mari kita bantu pemerintah dan negara kita untuk bersama-sama perangi CoronaVirus 🙏🙏🙏