Kalau saja pergerkaan saham ditentukan dengan voting seperti halnya pemilu, mungkin semua orang setuju bahwa harga saham Bank Banten, atau BEKS mungkin saat ini sudah ada di harga 200an atau bahkan 500an. Karena saham ini bukan hanya sudah dibeli oleh ribuan bahkan mungkin puluhan ribu investor ritel, dalam beberapa bulan terakhir, dan hampir semua investor ritel pun percaya saham ini memiliki prospek yang luar biasa positif.
Namun pada kenyataannya ketika saham-saham second dan third liner bangkit dan beberapa di antaranya sudah naik puluhan bahkan ratusan persen, saham BEKS terlihat hanya jalan ditempat, bahkan cenderung turun dalam beberapa bulan terakhir, terlepas dari banyaknya berita-berita positif yang keluar tentang saham ini tetap saja kebangkitan harga yang ditungu-tunggu oleh investor ritel tidak kunjung datang.
Jika berbicara mengenai prospek secara fundamental, memang masa depan perusahaan ini terlihat cerah, seperti kita ketahun bank-bank milik pemerintah daerah umumnya akan tumbuh searah dengan pertumbuhan ekonomi daerahnya, hal yang sama sudah terjadi di Bank Jabar dan Bank Jatim.
Dan jika berbicara mengenai prosepek ekonomi Banten kedepan, hampir semua orang percaya bahwa dengan terus bertumbuhnya ekonomi di Jakarta, maka Ekonomi Banten akan terkena limpahannya. Itulah sebabnya banyak investor ritel yang optimis BEKS adalah The Next Big Thing di IHSG, dan awal-awal fase transisi ini adalah peluang yang baik untuk kita membeli saham ini di harga yang murah.
Meskipun prospek BEKS cemerlang BEKS masih jauh kedepan, banyak investor ritel percaya bahwa stock market adalah sebuah tempat yang selalu melihat ke masa depan, ketika prospek sebuah perusahaan di masa yang akan datang baik, maka harga sahamnya pun akan beranjak naik meskipun prospek tersebut belum menjadi kenyataan. Kurang lebih seperti apa yang terjadi dengan saham-saham Konsturksi BUMN di masa pemilu (sebelum terpilihnya Jokowi) dan di awal-awal kepemimpinan Jokowi, karena market percaya perusahaan-perusahaan tersebut akan kebanjiran proyek infrasturktur, dan saat ini ketika prospek tersebut sudah menjadi kenyataan, harga saham-saham sektor itu justru stagnan. Itulah sebabnya investor ritel dari hari ke hari terus menunggu-nunggu bangkitnya saham ini.
Pertanyaannya sekarang kenapa saham dengan prospek yang cemerlang seperti BEKS (paling tidak dari sudut pandang beberapa tokoh komunitas pemain saham yang ada di Indonesia) terlihat sangat sulit untuk naik. Karena kalau harga saham ditentukan oleh ekspektasi dan persepsi mayoritas investor, seharusnya harga BEKS sudah terbang sejak lama.
Ada beberapa point yang perlu dipahami untuk menjawab pertanyaan tersebut :
HARGA SAHAM DIGERAKAN OLEH BANDAR / BIG PLAYER
Kami percaya bahwa harga saham di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan Bandar/Big Player daripada faktor-faktor lainnya. Memang benar, kalau Bandar juga umumnya menggunakan momentum perubahan fundamental perusahaan untuk menggerakan harga saham, karena dalam kondisi tersebutlah Bandar akan lebih mudah menjalankan strateginya, karena pekerjaan mereka bukan hanya mengerek harga saham, namun juga harus bisa melakukan profit taking di harga yang lebih tinggi. Dan untuk dapat profit taking yang lebih tinggi, investor ritel harus dibuat yakin untuk membeli saham tersebut meskipun harganya sudah jauh lebih tinggi dari sebelum aksi bandar dimulai, dan salah satu cara paling mudah untuk meyakinkan investor ritel adalah dengan adanya perubahan fundamental, prospek yang cerah, dll.
Namun untuk kasus saham BEKS aksi bandar seperti yang dijelaskan di atas jelas tidak terjadi, setelah proses akuisisi selesai para Big Player lebih memilih untuk langsung menjual saham ini, dan bukan mengerek harga sahamnya terlebih dahulu baru melakukan penjualan di harga atas. Adanya aksi Distribusi dari para Big Player ini sudah kami bahas dalam beberapa kesempatan sejak saham BEKS mulai ramai diperbincangkan.
Dalam artikel terakhir yang kami tulis BEKS : Ketika MIMPI ditukar CASH, yang kami rilis di awal bulan Desember lalu, kami membahas bahwa para pemain besar terus melakukan distribusi di saham ini, dan kami juga mengatakan selama aksi tersebut masih berlangsung, harga BEKS tidak akan naik. Setelah hampir 3 bulan berlalu, analisa tersebut pun terus menjadi kenyataan, tidak peduli sebesar apa optimisme investor ritel dan indikasi adanya perbaikan kinerja dan profit namun selama BANDAR masih jualan harga BEKS secara perlahan terus bergerak turun sampai saat ini.
Apakah alasan di balik aksi jual para pemain besar tersebut masih merupakan misteri, namun jika kita mengasumsikan bahwa para pemain besar seharusnya memiliki informasi yang lebih baik mengenai kondisi dan prospek perusahaan daripada para investor ritel, maka ketika mereka melakukan aksi jual, maka sebaiknya kita menghindari dulu saham-saham tersebut.
KENAPA INVESTOR RITEL TIDAK BISA MENGGERAKAN HARGA ?
Dari data terakhir yang kami dapatkan, jumlah investor individual perorangan (ritel) di bursa kita mencapai lebih dari 80% dari jumlah seluruh investor yang ada. Artinya kekuatan investor ritel sebenarnya sangatlah besar, pertanyaannya kenapa dengan kekuatan yang sebesar itu para investor ritel terlihat sangat tidak berdaya melawan pergerakan Bandar, dan lebih sering menjadi korban.
Jawabannya sebenarnya sederhana, terlepas dari jumlahnya mecapai ratusan ribu, para investor ritel mayoritas investor memiliki modal yang relatif kecil, informasi yang terbatas, juga skill dan pengalaman yang minim. Bukan cuma itu investor ritel juga selalu bergerak secara individu, dengan strateginya masing-masing, sehingga kekuatannya terpecah belah.
Jadi jika ada 50.000 investor domestic individual yang saat ini memegang saham BEKS, hal itu juga berarti ada 50.000 trading strategi di saham tersebut, dan ketika harga sahamnya bergerak, ada investor yang memilih untuk membeli, ada juga yang menjual. Kekuatan satu investor ritel menganulir kekuatan investor ritel lainnya.
Hal tersebut jelas bebeda dengan pergerakan yang dilakukan oleh Bandar, karena pergerakannya terkoordinasi dengan baik, dan dilakukan dengan modal dan kekuatan yang besar. Juga umumnya dibumbui dengan berbagai berita, rumor, dan berbagai upaya lainnya yang dilakukan untuk men-drive pergerakan investor ritel ke arah yang mereka inginkan.
Sejak bertahun-tahun yang lalu kami melihat banyak tokoh-tokoh independen di pasar modal berusaha untuk menkoordinir para investor ritel untuk bergerak bersamaan dengan cara membentuk komunitas-komunitas saham, sehingga membentuk kekuatan yang besar yang dapat menyaiingi pergerakan Bandar. Namun sayangnya karena komunitas tersebut adalah komunitas yang terbuka, akan sangat mudah disusupi oleh utusan Bandar, jadi strategi apa pun yang dibuat sudah diketahui dan dapat diantisipasi oleh Bandar, belum lagi ada juga kemungkinan bahwa komunitas tersebut sejak awal sudah bekerja sama dengan beberapa bandar, dan sengaja menghimpun investor ritel untuk dijadikan ‘korbannya’ di masa yang akan dantang.
Jadi tidak heran banyak investor berpengalaman justru menghindari kamonitas-komunitas seperti itu, dan memilih untuk membuat strateginya sendiri, kalaupun mereka bergabung umumnya sebagai ‘silent reader’ saja dan justru menghindari saham-saham yang sedang ramai direkomendasikan di komunitas tersebut.
UPDATE KONDISI SAHAM BEKS
Dari data KSEI yang dirilis akhir bulan Januari lalu terlihat persentasi kepemilikan Investor Domestic Individual masih terus meningkat di saham BEKS sampai bulan lalu, tercatat kepemilikan Investor Domestic Individual sudah meningkat dari 2.8% di akhir Januari 2016 lalu ke level 22.8% di akhir Januari 2017 lalu.
Ketika ritel seperti kita membeli, maka pastinya ada pihak lain yang sedang menjual, dan tentunya anda sudah tahu siapa yang sedang menjual saham ini. Semakin besar jumlah kepemilikan investor ritel semakin sulit harga bergerak naik. Besok KSEI akan kembali merilis data peta kepemilikan di akhir bulan Februari. Menurut estimasi tim riset Creative Trading System kemungkinan kepemilikan investor ritel individual di bulan Februari ini akan kembali meningkat ke kisaran 23.0% – 23.3%.
Sebagai investor ritel kita bisa memilih, jika kita benar-benar yakin Bank Banten akan bertumbuh di masa yang akan datang, maka kita bisa menggunakan strategi seperti Lok Kheng Hong, yang siap menunggu puluhan tahun sampai prediksinya menjadi kenyataan. Atau jika anda sebenarnya adalah trader jangka pendek, yang terjebak di saham ini, anda bisa membantu mepercepat proses menunggu dengan tidak kembali menambah posisi anda di saham ini, karena ketika minat beli investor ritel turun, dan Bandar masih ingin melanjutkan aksi jualnya, maka mereka akan melakukan beberapa strategi untuk membuat saham ini menjadi kembali menarik, salah satunya dengan menaikan harganya. Mari bantu sebarkan artikel ini supaya investor ritel yang lain juga melakukan strategi yang sama.
Berikut ini artikel yang berisi ulasan lanjutan mengenai BEKS, yang kami rilis setelah artikel ini : BEKS SUDAH 50, APA RENCANA BANDAR SELANJUTNYA ?
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
5 comments
“Namun sayangnya karena komunitas tersebut adalah komunitas yang terbuka, dan akan sangat mudah disusupi oleh utusan Bandar, jadi strategi apa pun yang dibuat sudah diketahui dan dapat diantisipasi oleh Bandar, belum lagi ada juga kemungkinan bahwa komunitas tersebut sejak awal sudah bekerja sama dengan beberapa bandar, dan sengaja menghimpun investor ritel untuk dijadikan ‘korbannya’ di masa yang akan datang.”
Ini pernyataan yang menarik sekali. Saya jg curiga di salah satu komunitas saham, ada bbrp akun yg seolah2 sudah tahu saham akan naik di hari tertentu. Saya pantau fenomena ini di saham yg sepi peminat.
Fundamental BEKS saya kira belum teruji krna masih banyak hal yg hrus dkerjakan. Bank daerah unggul dalam hal pengelolaan dana kas daerah selebihnya akan sangat tergantung dalam manajemen yg berada di balik perusahaan tersebut. Prospek ke depan mungkin bagus tapi perlu waktu
Apanya yg bagus dr beks? Sy setuju dgn pak Ngurah, mengatakan masa depan beks cerah itu baru sekedar asumsi. kenyataannya bbrp tahun ini beks terus merugi dan belum bisa dibuktikan apakah dgn menjadi bumd bisa membawa perubahan ke arah yg lebih baik bagi beks. Belum lgi proses IPO nya dipenuhi dgn skandal dan kasus. Jd wajar kalo harga sahamnya ga naik2.
jangan salah….bandar sengaja menahan harga gocap 50…untuk menunggu ring issue 600 milyar..dan naik ke buku 2 …tunggu aja di harga 500 dalam tahun ini dengan rilis laba di tri wulan 1 th 2018..
bahkan sudah masuk triwulan 1 2019, dan masih sama