Penurunan terus menerus yang terjadi di saham PGAS mebuat saham ini terus menjadi trending kalangan para investor saham, tidak heran meskipun sudah cukup sering dibahas di website melalui 2 artikel yang kami rilis bulan September lalu, dan di LINE OFFICIAL hampir setiap hari, saham tetap menjadi saham yang paling banyak dipilih dalam voting “Anda Pilih Sahamnya, kami buat Analisanya.” di awal minggu ini.
Saat ini kita semua sudah tahu bahwa penurunan yang terjadi di saham ini disebabkan karena aksi jual asing yang tidak henti-hentinya terjadi di saham ini, bahkan seperti kami bahas dalam awal September lalu ketika saham ini baru mulai turun aksi jual asing yang terjadi bukanlah aksi jual biasa namun merupakan aksi cutloss yang dilakukan investor asing di saham PGAS.
Sebelum membahas lebih lanjut kami melampirkan beberapa statement penting yang kami tulis dalam 2 artikel kami sebelumnya, yang sudah memprediksi bahwa harga PGAS akan terus turun.
Artikel 6 September 2017, ketika terjadi penurunan yang besar selama 2 hari membuat harga PGAS turun sampai ke level 1.885 akibat aksi jual besar-besaran oleh investor asing yang dideteksi oleh sistem Foreign Flow kami sebagai aksi Cut Loss Investor asing. : Kinerja memburuk, Investor Asing langsung Cut Loss PGAS
Aksi cutloss yang dilakukan Bandar/Asing bukanlah sesuatu yang sering terjadi namun jika terjadi tidak peduli di saham apa pun, hal ini selalu merupakan indikasi negatif karena merupakan tanda adanya kepanikan dari para raksasa dan pengendali saham ini, sehingga peluang terus berlanjutnya penurunan cukup besar.
… dalam waktu dekat PGAS berpotensi melanjutkan penurunannya, potensi rebound-rebound jangka pendek seperti yang juga terjadi di saham AISA pasca penggerebekan pabriknya memang selalu ada, namun selama investor asing masih terus keluar di saham ini maka arah pergerakan harga saham ini masih akan ke bawah.
Artikel 12 September 2017, aksi cutloss asing terus belanjut membuat harga saham ini turun sampai ke level 1.685: Siapa Pembeli Misterius di masa kejatuhan PGAS saat ini ?!
Dalam artikel ini kami juga besarnya bahaya yang muncul dari aksi cutloss asing yang sedang terjadi, melalui Analogi Supir Bus untuk menjelaskan perbedaan Bandar Cutloss dengan Bandar Nyangkut.
Jika BANDAR adalah seorang Driver Bus, dan Bus adalah pergerakan harga, ketika BANDAR NYANGKUT kurang lebih seperti ketika Bus tersebut bannya terperosok ke lubang, dalam kondisi tersebut Driver akan berusaha untuk mengeluarkan Bus-nya dari lubang tersebut.
Sementara BANDAR CUTLOSS kurang lebih seperti kita melihat Driver Bus tersebut loncat keluar meninggalkan Bus atau driver tersebut memerintahkan para penumpangnya untuk menyelamatkan diri dan loncat keluar dari Bus tersebut. Sebagai penumpang gelap di bus tersebut, kita tentunya tahu mana yang lebih bahaya.
Dalam artikel tersebut kami menjelaskan bahwa ada 2 pertanyaan penting dibalik kejatuhan harga saham PGAS
Pertnyaan Pertama : Apa alasan di balik aksi cutloss asing yang sedang terjadi ?
Kami menjelaskan bahwa penurunan yang terjadi kemungkinan besar bukan karena kinerja keuangan yang memburuk seperti yang dijelaskan para analis sekuritas. Hanya karena kinerja keuangan yang memburuk, seharusnya tidak menjadi penyebab investor asing melakukan aksi cutloss terbesarnya sepanjang sejarah saham PGAS. Aksi ini dilakukan karena investor asing kemungkinan melihat sesuatu yang lebih buruk dapat terjadi di masa yang akan datang, kemungkinan karena ada berita-berita yang saat ini belum kita ketahui tentang kondisi perusahaan PGAS.
Pertanyaan Kedua: Siapa yang sedang ‘menampung’ aksi cut loss yang sedang terjadi ?
Aksi cutloss asing yang begitu besar membuat kami bertanya-tanya, siapa sebenarnya investor lokal yang sedang terus menampung aksi jual asing saat ini, karena melihat besarnya penjualan investor asing/pembelian investor lokal.
Karena investor lokal tidak hanya berisi investor ritel seperti kita, ada juga investor investor institusi seperti Reksadana, Asuransi, Coorporate, Dana Pensiun. Pertanyaan ini menjadi menarik terutama setelah mendengar rumor kalau pemerintah sengaja mempersulit kondisi PGAS, karena mereka ingin melakukan pembelian saham-saham yang beredar di publik yang 70%nya dikuasai oleh investor asing demi melancarkan merger Pertamina dan Pertagas.
Namun pada saat itu kami tidak bisa melihat investor lokal kategori apa yang sedang menampung aksi jual investor asing tersebut, karena data tersebut baru dirilis oleh KSEI setiap akhir bulan, dan aksi cutloss asing baru dimulai pada awal bulan September.
Dengan menggunakan sistem Bandarmologi Pro kami dapat mendeteksi bahwa pembeli terbesar saham PGAS pada saat itu menggunakan broker-broker raksasa lokal, sehingga kami mengasumsikan ada investor institusi yang cukup besar yang sedang menampung aksi jual investor asing pada saat itu, dan jika data KSEI di akhir bulan menunjukan bahwa adanya kenaikan signifikan pada kepemilikan investor korporasi lokal, maka asumsi adanya raksasa lokal yang memiliki ‘informasi rahasia’ dan memanfaatkan kepanikan investor asing untuk membeli di harga murah semakin besar.
Berikut kesimpulan dalam artikel tersebut :
(Melihat aksi cut loss besar-besaran yang sedang dilakukan investor asing), kami sangat-sangat khawatir bahwa the worst is yet to come, … dalam jangka pendek potensi penurunan saham ini masih besar meskipun harga PGAS sudah sangat murah.
Sebagai investor ritel kami merasa strategi menjauh dari saham ini untuk sementara masih tetap yang terbaik, karena kemungkinan skenario pertama yang terjadi (asing cutloss karena ada berita yang jauh lebih buruk yang keluar di masa akan datang) masih lebih besar, dan kalaupun skenario kedua terjadi … maka ‘raksasa lokal’ yang kita bahas di atas akan sangat menikmati kejatuhan harga PGAS saat ini untuk bisa mengumpulkan sebanyak mungkin saham milik investor asing, yang artinya harga PGAS masih akan terus terkoreksi dalam jangka pendek.
Hampir 1 bulan setelah dirilisnya artikel tersebut sekarang kita sama-sama sudah bisa melihat betapa mengerikannya efek yang ditimbulkan dari aksi cutloss yang dilakukan oleh investor asing yang kami jelaskan sebelumnya, harga PGAS terus turun ke level-level harga yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Tidak ada berita buruk, tidak ada kebijakan pemerintah yang baru namun harga saham PGAS terus turun, karena investor asing terus jualan.
Related: Ini adalah kesempatan terakhir anda di tahun ini untuk mengikuti Workshop Foreign Flow di Jakarta yang akan diadakan akhir pekan ini. Juga masih terbuka kesempatan untuk mengikuti workshop di Surabaya minggu depan, dan secara online. Info lengkap dan pendaftaran bisa dilihat disini.
Namun memasuki bulan Oktober ini, data peta kepemilikan saham PGAS per akhir September sudah dirilis oleh KSEI. Artinya kita bisa menjawab pertanyaan yang kita miliki mengenai indentitas investor lokal yang sedang memborong saham PGAS dalam kejatuhan harganya sepanjang bulan September lalu.
Sejak mendekati akhir bulan September lalu, data ini menjadi data yang paling kami unggu-tunggu, karena akan membuka identitas investor lokal yang sedang menampung saham PGAS. Setelah data Kepemilikan Saham dari KSEI keluar kami mendapati bahwa hasilnya lebih mengajutkan dari yang kami kira sebelumnya.
Sebelum data ini keluar kami memperkirakan bahwa akan ada kenaikan signifikan dari kepemilikan investor lokal individual pada bulan September ini, karena memang hal yang sama sudah ditunjukan dengan terus naiknya indikator investor ritel di Sistem Bandarmologi Pro, namun kami masih penasaran melihat kategori investor apa lagi yang akan mengalami kenaikan apakah Reksadana, Dana Pensiun, atau yang paling kami harapkan ada peningkatan signifikan pada kepemilikan investor Corporate seperti yang kami jelaskan di atas.
Namun data yang keluar ternyata sungguh di luar dugaan kami, sepanjang bulan September lalu Total kepemilikan investor lokal naik dari 29.2% ke level 31.6% artinya ada peningkatan sebesar 2.4% yang terjadi karena aksi cutloss besar-besaran yang dilakukan investor asing sepanjang bulan September lalu. Selanjutnya mari kita lihat bagaimana peningkatan kepemilikan investor ritel pada periode yang sama, pada akhir bulan Oktober lalu persentasi kepemilikan investor ritel sebesar 9.01% dan yang mengejutkan di akhir bulan September lalu kepemilikan Investor Ritel naik sampai ke level 11.7% artinya terjadi kenaikan sebesar 2.6%. Kenaikan yang terjadi pada persentasi kepemilikan investor ritel bahkan lebih besar dari total kenaikan investor lokal.
Hal ini bukan saja menggagalkan asumsi kami bahwa sedang ada investor institusi dari dalam negeri mengumpulkan saham ini sepanjang bulan September, yang terjadi justru sebaliknya investor institusi tersebut ikut menjual saham PGAS ke investor ritel sepanjang bulan September lalu.
Artinya bisa kita asumsikan seluruh saham PGAS yang di jual investor asing sepanjang bulan lalu, ditampung oleh investor ritel. Hal ini tentu merupakan indikasi yang sangat mengkhawatirkan karena seperti kita sudah sama sama tahu bahwa dalam Teori Bandarmologi, investor lokal individual menduduki ‘kasta terendah’ dalam herarki pasar modal, dimana meskipun jumlahnya paling banyak, namun paling sering jadi korban dan paling tidak memiliki kekuatan untuk menggerakan harga.
Teori tersebut menjelaskan mengapa dipercaya 90% investor ritel yang aktif trading di bursa saham justru mengalami kerugian.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah sepanjang bulan September lalu investor asing menjual saham PGAS sebanyak 552 Milyar, jumlah yang sangat besar apalagi jika membayangkan seluruh tersebut dana datang dari investor-investor ritel seperti kita ?
Jika kita kembali ke grafik dari System CTS BANDARMOLOGI PRO, kita mendapati bahwa yang mengalami kenaikan signifikan sepanjang bulan September lalu bukan hanya kepemilikan broker-broker ritel. Tapi juga broker-broker besar dari dalam negeri, seperti kami bahas dalam artikel sebelumnya, kita tahun broker-broker tersebut memang sering digunakan para investor institusi dan bandar, tetapi selain mereka broker-broker besar dari dalam negeri juga sering digunakan oleh para investor ritel besar dan berpengalaman.
Selama ini kita hanya mengenal Bapak Lo Kheng Hong sebagai investor ritel individual yang memiliki modal sangat besar, namun selain beliau sebenarnya ada banyak investor-investor besar lainnya yang memiliki uang dalam jumlah besar. Mereka adalah investor-investor sukses yang umumnya ‘kerjanya’ hanya mencari peluang menarik yang tersedia di bursa, dan menggelontorkan uang mereka dalam jumlah besar ke saham-saham tersebut.
Kemungkinan ini sebenarnya sudah pernah saya pikirkan sebelumnya dan ingin saya tanyakan kepada Bapak Lo Kheng Hong pada akhir bulan September lalu ketika kami berdua sama-sama diminta menjadi pembicara di acara Infest 2017, namun sayangnya sesi yang saya bawakan tepat setelah sesinya Pak Kheng Hong, jadi tidak ada waktu untuk ngobrol-ngobrol atau mencari ilmu dari beliau.
Related : Terjadi perubahan signifikan dalam pergerakan Investor Asing di saham PGAS setelah dirilisnya analisa ini. Baca ulasan kami selanjutnya mengenai saham ini disini.
Namun yang mengjawatirkan adalah meskipun memang benar ada banyak investor ritel individual dengan dana yang cukup besar yang kemungkinan sedang mengumpulkan saham PGAS saat ini, namun meskipun besar investor ritel tetap saja berada dalam ‘kasta terendah’ dalam Herarki di Pasar Modal.
Jadi meskipun dananya besar investor ritel individual tidak pernah berniat untuk menggerakan harga saham untuk keuntungan mereka, keunggulan investor ritel seperti Lo Kheng Hong adalah kemampuan untuk bersabar sambil menunggu perubahan kondisi pada perusahaan, dan karena para raksasa memiliki saham ini dalam jumlah sangat besar, lama kelamaan harga saham ini akan kembali mereka angkat juga.
Salah satu contoh nyatanya adalah ketika bapak LKH merekomendasikan beli saham BUMI ketika harganya di 1.000 masuknya beliau tidak membuat harga BUMI mengalami kenaikan, harga sahamnya justru turun sampai 50 beberapa tahun kemudian. Namun karena kekuatan Mental yang dimiliki beliau dan keahlian nya untuk mencicil pembelian di berbagai harga, alias menabung saham. Menurut informasi yang kami dapatkan beliau sudah berhasil keluar dalam posisi untung ketika harga BUMI sempat kembali ke 500 awal tahun ini.
Hal seperti inilah yang kami takutkan terjadi di saham PGAS, karena faktanya sampai perdagangan kemarin investor asing masih terus melanjutkan aksi cutlossnya di saham PGAS, secara total sepanjang bulan Oktober ini saja sudah terjadi aksi jual asing sebanyak 273 Milyar, dan jika kita melihat grafik Bandarmlogi Pro di saham PGAS di atas, kemungkinan pembelinya masih investor-investor yang sama dengan yang membeli saham ini sepanjang bulan September lalu.
Artinya meskipun harga PGAS saat ini sudah ada di harga 1.400an, namun secara Bandarmologi dan Foreign Flow saham ini masih berada dalam bahaya yang sama dengan kondisi ketika harga saham ini ada di 1.800an awal bulan September lalu. Aksi Cut Loss asing masih terus berlangsung dan yang menampung pembelian tersebut masih tetap investor ritel yang tidak memiliki kemampuan dalam menggerakan harga saham ini.
Kami harap kami salah, namun satu informasi tambahan kami rasa perlu kami share kepada para pembaca setia kami mengenai kasus kejatuhan saham PGAS saat ini adalah, kondisi dimana terjadi aksi CUT LOSS BANDAR besar-besaran yang disertai aksi beli investor ritel yang tak henti-hentinya seperti yang terjadi di saham PGAS saat ini, juga pernah kami lihat terjadi di saham BUMI ketika harganya 1.000an beberapa tahun yang lalu.
Related: Jadwal Workshop Bandarmologi yang baru sudah kembali tersedia, dalam 4 bulan kedepan kami akan mengadakan Workshop di Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar, bagi anda yang sudah memahami pentingnya Analisa Bandarmologi dan ingin belajar secara mendalam mengenai bagaimana membaca pergerakan bandar, dan memanfaatkannya untuk keuntungan kita sebagai investor ritel. Anda bisa mendapatkan info lengkapnya disini.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
3 comments
Memang terjadi net sell investor asing day by day. Arti nya investor asing jga msh bnyak yg masuk mbeli saham PGAS tsb..rata2 mngkin skitar 70% nya investor asing yg beli.
Pertanyaan nya apakah indikasi tsb akan tetap doninan utk pergerakkan PGAS kedepan arti nya investor asing tdk smua “loncat dari bus” ??
Mngenai inv Ritel mngkin lbh bnyak spekulasi dgn NABUNG saham PGAS..krn msh berbaik sangka PGAS akan tetap rebound mngingat dia adlah BUMN.
Kami juga tidak berharap harga PGAS terus turun pak, karena ada banyak investor ritel yang nyangkuti di atas… Dalam artikel tersebut kami hanya menunjukan beberapa fakta yang kami temukan saat ini.. Aksi JUAL-BELI investor asing seperti yang terjadi saat ini adalah sesuatu yang biasa bahkan selalu terjadi, saran kami fokusnya ke NET nya saja…
isu yg ga pernah dijelaskan lbh lanjut : PGN dicaplok Pertagas.yg kedua penetapan harga jual Gas o pemerintah .terlalu byk mafia ganas.liat cpo disuruh iuran padahal kutipan wakakak.liat jsmr dibikin isu jelek hbs nampung keluarin LK yg bagus lgsg lompat kodok.liat harga DOC dimainkan terus.liat bisnis beras.liat gula pengusaha sampe mutung liat garam bs hilang di pasaran huahahah.intinya mafianya lagi kerja jangan ganggu dulu.lbh baik memang tunggu sp jelas ke-2 isu diatas.krn PGAS tak mungkin jd induk holding tambang.kl trading sih karepmu kl invest jangan.