Dalam 1 bulan terakhir para analis sekuritas sibuk membahas mengenai kenaikan suku bunga The Fed dan efeknya terhadap bursa saham dunia dan Indonesia, seperti kita ketahun pada hari Kamis dini hari lalu, akhirnya suku bunga The Fed dinaikan, dan seperti kenaikan-kenaikan sebelumnya tidak ada efeknya kepada market amerika dan dunia. Bursa Dow Jones ditutup flat pada hari Rabu, dan IHSG juga masih sempat melanjutkan masa MARK UP asingnya dalam perdagangan kemarin, seperti yang kami bahas dalam wawancara khusus di Bursa Efek Indonesia, hari Rabu siang.
Menariknya justru satu hari setelah kenaikan suku bungalah Indeks Dow Jones terjun bebas, kali ini alasannya bukan untuk suku bunga lagi, tapi potensi semakin memanasnya Trade Wars antara Amerika dan China. Hal ini sebenarnya bukan berita baru, bahwa faktor ini dianggap sebagai salah satu resiko yang akan muncul jika Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat 2 tahun yang lalu. Namun kita sama tahu kenyataannya bahwa di tahun pertama kepimimpinan Trump, Indeks Dow Jones tidak henti-hentinya memecahkan record tertingginya sepanjang sejarah, membuktikan bahwa ketika market sedang bullish, para analis-analis sekutiras selalu melupakan, atau memilih untuk lupa terhadap berita-berita negatif, atau resiko-resiko yang ada di market.
Sekarang ketika Dow Jones mulai terkoreksi, barulah kekhawatiran tersebut diangkat lagi oleh para analis, memang benar kemarin malam Donald Trump memberikan statement mengenai pengenaan pajak imports dari China, namun itu bukan berita baru, bahkan di pidatonya Trump menjelaskan bahwa saat ini diskusi antaran US dengan negara-negara importir termasuk China sudah berlangsung cukup lama. Jadi sebenarnya karena diskusi ini sedang dan akan berlangsung cukup lama, karena berlangsung antara 2 kekuatan ekonomi terbesar di dunia, yang saling membutuhkan satu sama lain, maka bisa disimpulkan bahwa koreksi Dow Jones kemarin malam sebenarnya hanya merupakan lanjutan dari trend penurunan yang sudah terjadi sejak akhir Januari lalu.
Seperti kita lihat pada grafik Dow Jones di atas, penurunan Indeks Dow Jones sudah berlangsung cukup lama, dan penurunan kemarin berpotensi membangkitkan kembali Trend Bearish yang sempat tertahan selama 1 bulan terakhir. Karena kami tidak bisa menggunakan Analisa Foreign Flow dan Bandarmologi di Bursa Amerika, karena ketidaktersediaan data yang mensupport analisa tersebut…. Jadi mau tidak mau kita hanya bisa bergantung pada analisa technical, untuk memprediksi arah pergerakan indeks ini kedepan.
Secara Technical satu hal yang paling penting adalah, hukum Bull and Bear, seperti yang juga kami bahas di IHSG sejak awal tahun, karena pada akhirnya setiap trend bullish yang terjadi harus disertai dengan trend bearish yang kekuatannya tidak jauh berbeda, dan karena Indeks Dow Jones sudah naik selama lebih dari 1 tahun, jadi Trend Bearnya juga kemungkinan akan berlangsung lebih kuat dan lebih lama dari trend-trend bearish sebelumnya. Dan jika kita melihat Indeks Dow Jones saat ini masih sama dengan level di akhir November lalu, maka bisa dikatakan penurunan saat ini memang belum sebanding dengan kenaikan 1 1/2 tahun terakhir. Jadi potensi berlanjutnya trend bearish cukup besar.
Untuk analisa pada time frame yang lebih pendek, kita juga bisa mempelajari bahwa selama tahun 2018 setiap kali indeks Dow Jones turun lebih dari 2%, maka penurunan tersebut akan dilanjutkan oleh penurunan yang kurang lebih sama besar di hari selanjutnya. Jadi kami melihat potensi masih berlanjutnya penurunan Dow dalam 1-2 hari kedepan cukup besar, artinya dengan Indeks Dow mencetak record terendah barunya di tahun ini, maka IHSG pun kemungkinan akan menyusul.
Jika kita membahas IHSG, kondisinya tidak lebih baik, seperti skenario yang kami buat awal minggu lalu, dan kembali kami tegaskan pada hari Rabu lalu dalam wawancara di Metro TV, bahwa setelah Aksi Mark Up selesai dilakukan oleh Investor Asing, maka fase distribusi asing akan kembali berlanjut di IHSG, yang artinya trend bearish di bursa kita juga kemungkinan akan berlanjut. Prediksi kami pada hari Rabu lalu target Mark Up IHSG ada di level 6.350, dan paling hanya berlangsung selama 2 hari. Faktanya kemarin IHSG sudah mencapai target tersebut, di sesi 1, dan di sesi 2 indeks terjun, dan ditutup terkoreksi, akibat meningkatnya aksi jual asing di sesi 2.
Jadi penurunan Indeks Dow Jones kemarin dan yang berpotensi akan dilanjutkan hari ini, berpotensi mendatangkan badai lanjutan di IHSG, yang memang saat ini sudah ‘babak belur’ dihajar aksi jual investor asing. Jadi kemungkinan IHSG akan berpotensi melanjutkan penurunannya hari ini, dan berpotensi mencetak record terendah barunya sepanjang tahun 2018 ini.
Namun jika kami mau melihat positifnya, kejatuhan Indeks Dow Jones tadi malam akan membuat market panik, dan di masa panik investor asing akan sulit untuk jualan, jadi kalau skenario kami benar bahwa Dow Jones akan melanjutkan koreksi besarnya 1-2 hari kedepan, dan IHSG pun mengikuti penurunan tersebut, maka di awal minggu depan kemungkinan besar asing sudah perlu kembali me MARK UP IHSG, karena mereka akan sulit jualan di tengah market yang panik dan meskipun IHSG turun signifikan penjualan mereka tidak akan bisa sebesar di hari-hari ketika market turun secara normal.
Sebagai trader kita bisa kembali memanfaatkan momentum mark up tersebut di minggu depan untuk melakukan buy on weakness seperti yang kita lakukan pada hari Senin dan Selasa lalu, dan jualan kemarin siang ketika IHSG sudah mencapai target Mark Upnya… Untuk hari ini kami sarankan untuk wait and see dulu saja, sambil memperhatikan dengan tenang seberapa panik market kita, dan strategi apa yang dilakukan asing dalam kondisi tersebut…
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God