Bagi yang sudah lama dalam dunia pasar saham tentu tau bahwa harga 50 adalah harga saham terendah yang bisa dicapai di market reguler dan ketika harga suatu saham mencapai harga 50 maka biasanya pasar atau investor akan beranggapan bahwa perusahaan tersebut memiliki fundamental yang buruk atau memang sedang dalam masa krisisnya. Ambil contoh saja saham bakrie grup seperti BNBR, ENRG, UNSP yang di reverse stock dan harganya turun lagi, atau beberapa saham lainnya yang akhirnya delisting di harga 50 seperti DAJK yang pailit.
Namun kami menemukan satu saham bagus yang kami rasa akan sangat menarik jika harganya turun ke harga 50. Saham ini berasal dari sektor property, saham tidak lain adalah PPRO. Ya, saham ini sempat menjadi saham yang fenomenal ketika harganya rally sepanjang 2016 dari harga 180an hingga ke level harga 1300an. Setelah itu saham ini stocksplit dan harganya menjadi sekitar 300an dan dilanjutkan dengan right issue. Namun setelah kedua coorporat action tersebut harga PPRO turun terus hingga saat ini ada pada area 97-100.
Dan setelah dianalisa kami menemukan beberapa alasan menarik untuk membeli saham ini antara lain :
FUNDAMENTALNYA MASIH BAIK
Kami rasa semua setuju jika salah satu pertimbangan utama seorang investor besar dalam membeli saham adalah fundamental perusahaannya. Karena tentunya pemain besar tidak mungkin menggunakan analisa technical karena pembelian dan penjualan merekalah yang menggerakan harga, dan analisa technical hanya fokus membaca pergerakan harga yang notabene mereka sebabkan sendiri. Pemain besar juga cukup sulit untuk menggunakan analisa bandarmologi, karena analisa bandarmologi adalah analisa yang membaca pergerakan mereka, jadi mereka tentunya tidak perlu menggunakan analisa bandarmologi untuk mengentahui apakah mereka sedang belanja atau sedang jualan.
Dari sudut pandang Fundamental, salah satu indicator sederhana dari baik atau tidaknya suatu perusahaan adalah apakah perusahaan masih bisa membukukan penjualan? Masihkan perusahaan membukukan keuntungan ?? Berikut gambaran ringkas mengenai PPRO.
Dalam akhir tahun ini PPRO akan topping off untuk beberapa proyeknya. Topping off sendiri merupakan ceremony yang dilakukan jika proses pembangunan suatu konstruksi sudah selesai. Kami juga sempat menghitung harga wajar saham ini dan didapatkan harga 170 per lembar saham dengan menggunakan metode yang banyak digunakan para analis fundamental yaitu Discounted Cash Flow (DCF).
Jika kita melihat kinerja keuangan perusahaan ini 4 tahun terakhir kita bisa melihat oendapatan tahun 2016 2.1 T dengan Net Profit 365 M. Di tahun 2017 Revenue 2.7 T dengan di Net Profit 444M sementara di akhir tahun 2018 ini pendapatan diproyeksikan 2.3 T dengan Net Profit 360 M. Di sisi lain Equity perusahaan terus bertumbuh dari tahun ke tahun sejak tahun 2015.
Hal ini menunjukan meskipun penjualan dan net profit perusahaan memang sedang mengalami penurunan namun penurunan tersebut sangat tidak sebanding dengan penurunan harganya yang saat ini yang sudah ada di level 102, apalgi jika market mendiscount saham ini di harga 50.
PARA PEMAIN BESAR NYANGKUT
Dalam 2 minggu ini banyak berita tersebar mengenai salah satu asuransi yang mengalami gagal bayar. Gagal bayar asuransi tersebut karena kurangnya likuiditas, salah satu hal yang dipermasalahkan adalah tentang portfolio asuransi tersebut yang salah satunya ada di saham PPRO.
Di saham PPRO asuransi ini memiliki 5,4 Miliar saham PPRO dengan kepemilikan 8,85% pada average 240an, Jumlah ini tentu bukanlah jumlah yang sedikit. Menariknya pihak asuransi menjelaskan walau memiliki investasi di PPRO mereka tidak bisa Cut Loss karena aturan tidak memperbolehkan mereka Cut Loss. Selain jiwasraya ada juga dana pensium ASABRI yang nyangkut disaham ini.
Jika kita melihat data yang dirilis KSEI akhir bulan September lalu, saham ini dikuasai 96%nya oleh Investor Domestic, persentasi paling besar diduduki oleh perusahaan asuransi yang memiliki 42% dari jumlah saham yang beredar, artinya Jiwasraya bukanlah satu-satunya asuransi yang memegan saham ini. Selain itu 19.6% dikuasai oleh reksadana lokal, dan 2.3% dikuasai oleh Dapen.
Banyak investor pengguna analisa Bandarmologi juga menghighlight kepemilikan ASABRI di saham ini, karena dalam beberapa saham BUMN yang dipegang / dibandari oleh ASABRI rata-rata meroket luar biasa harganya seperti INAF, NIKL dan KAEF. Namun jika kita melihat kepemilikan ASABRI di PPRO hanya di kisaran 5%, sudah pasti mereka harus mengajak pihak-pihak lain bekerja sama jika mau menggoreng saham ini.
Sementara jika kita melihat asuransi ada beberapa kasus dimana harga saham yang dipegang oleh asuransi umumnya harganya akan dijaga di level tertentu agar portfolio asuransi tersebut terlihat tetap cantik untuk keperluan tertentu terutama mendekati akhir tahun.
Jika kita melihat kepemilikan investor ritel di saham ini jumlahnya sebesar 27%, memang cukup besar namun kepemilikannya sendiri cenderung menurun dalam 1 1/2 tahun terakhir. Itu sebabnya sangat ditunggu aksi cut loss para investor ritel di saham ini, sehingga kepemilikan saham ini lebih dukuasai oleh pemain-pemain besar sehingga harganya lebih mudah digerakan ke atas.
PENUTUP
Mengingat saham ini pernah stock split dengan perbandingan rasio 1:4 maka jika saham ini turun ke level 50, itu artinya saham ini kembali ke level harga IPOnya 200 dan level tersebut akan sangat menarik jika kita melihat perusahaan ini perusahaan yang masih mengahasilkan dan apalagi perusahaan ini merupakan anak BUMN yang tentunya akan jauh lebih tahan banting kalau seandainya krisis property masih akan berlangsung.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
1 comment
hmm hmm menarik sekali
saya juga ada nih saham X yg udah saya akumulasi sejak 7 hari lalu. namun harganya gak naik2, naik 2-3%, turun lagi. mungkin karna ritel terlalu cepat masuk, dan terlalu banyak ritel yg jual mahal+jual untung sedikit, jadi bandar kesulitan menggerakin harga.
ajaibnya, setelah 7 hari stagnan (meskipun total volume transaksi selalu kisaran 3-4juta), sore tadi sahamnya BLESS anjlok secara tiba2… well, saya gak panik2 amat sih, karna menurut saya ini sudah harga yg cukup rendah. sempet average down sedikit.
dan di artikel ini terjawab sudah apa maksud kejadian hari ini haha..
“Itu sebabnya sangat ditunggu aksi cut loss para investor ritel di saham ini, sehingga kepemilikan saham ini lebih dukuasai oleh pemain-pemain besar sehingga harganya lebih mudah digerakan ke atas.”
mantap, kemarin PANI juga kaya gitu. saya sempet nyangkut di 210 beberapa hari. gak naik2, gak niat average down juga. kemarin pas close turun ke 196, dan hari ini sempet terbang nyentuh 226 (saya sempat jual semua di 222) tapi malah balik lg ke 200an. (PANI masih bakal naik kan ya? tapi mungkin agak lama )
kalo lihat polanya itu, biasanya setelah AMBLAS besoknya TERBANG. semoga ini terjadi di saham X itu besok