Saat ini mayoritas investor ritel kemungkinan sudah mengetahui Teori Dasar dari Ilmu Bandarmologi, yang menjelaskan bahwa AKUMULASI adalah pristiwa ketika suatu saham dikumpulkan/dibeli oleh pemain besar/BANDAR dari banyak pemain kecil/investor ritel. Sementara DISTRIBUSI adalah pristiwa ketika suatu saham dijual oleh pemain besar/BANDAR ke banyak pemain kecil/investor ritel.
Dan karena di bursa saham pergerakan harga hanya mungkin terjadi ketika ada satu pihak membeli suatu saham, yang juga artinya di waktu yang sama ada pihak lain yang menjual saham tersebut, maka pergerakan harga di bursa saham adalah proses pindah-pindah kepemilikan dari Pemain Besar ke Pemain Kecil dan sebaliknya.
Namun dalam Ilmu Bandarmologi sebenarnya pergerakan BANDAR tidak hanya AKUMULASI dan DISTRIBUSI, ada satu aksi lainnya yang tidak kalah pentingnya dan seringnya dilakukan oleh Bandar, aksi tersebut disebut ‘DO NOTHING’, atau sering dianggap sebagai ‘BANDAR LIBURAN’.
Mungkin anda yang belum sempat mempelajari Ilmu Bandarmologi, saat ini sedang tersenyum heran karena belum memahami pentingnya aksi ‘DO NOTHING’. Apa gunanya membahas Bandar sedang melakukan apa-apa ? Apa pentingnya Bandar yang sedang Liburan ?! Kenapa aksi ini harus dimasukan ke dalam Teori Bandarmologi ?!
Dalam artikel ini kami akan coba menjelaskan pentingnya aksi do nothing dalam strategi yang dilakukan Bandar ?!
Seperti kita ketahui bahwa setiap hari ada ribuan investor ritel yang sibuk mendeteksi apa yang sedang dilakukan para pemain besar, karena investor ritel selalu ingin ikut membeli ketika Bandar melakukan Akumulasi, dan profit taking ketika Bandar Distribusi.
Namun aksi ‘Do Nothing’ sering kali dilupakan, dan pada prakteknya aksi ini justru yang paling sering menjebak para investor ritel.
Sebagai contoh sebutlah ada satu Bandar yang membuat strategi sebagai berikut :
2 Minggu kedepan AKUMULASI saham A, lalu liburan 2 bulan, baru di awal bulan ketiga Terbangkan Sahamnya, setelahnya DISTRIBUSI.
Di sisi lain seorang investor ritel yang sudah mengerti cara membaca pergerakan Bandar dapat mendeteksi akumulasi yang sedang dilakukan dalam 2 minggu pertama tersebut dan ikut membeli saham yang bersangkutan, dan setelah membeli suatu saham adalah sangat wajar kalau kita sebagai investor ritel berharap saham yang kita beli akan segera naik harganya.
Sebagai Bandar ketika akumulasi mereka terdeteksi dan diikuti investor ritel, bukan berarti mereka bisa ‘membatalkan’ akumulasi yang mereka lakukan, karena saham yang sudah dibeli tidak bisa dijual begitu saja apalagi jika harganya belum naik dan minat beli investor ritel masih rendah.
Namun sebagai Bandar mereka tentu bisa liburan, alias tidak melakukan aksi apa-apa, dalam kasus ini liburan selama 2 bulan. Dan ketika Bandar sedang liburan harga umumnya bergerak sideways disertai dengan turunnya volume dan volatilitas harga, dalam kondisi seperti ini para investor ritel yang mengikuti akumulasi Bandar tentu akan mengalami kebingungan dan kekecewaan karena mereka berharap saham yang mereka beli segera naik.
Namun kenyataannya harganya justru bergerak sideways, dan terkadang malah secara perlahan bergerak turun. Dalam fase ini kita sebagai ritel akan mulai mempertanyakan metode yang kita miliki, mulai sibuk cari tahu kapan dan bagaimana bandar melakukan distribusi, karena bandar sudah jualan tanpa kita ketahui.
Di waktu yang sama pandangan kita akan terfokus ke saham-saham lainnya yang sedang bergerak naik, sementara saham yang kita miliki masih terus ‘stuck’ di harga yang sama. Jika kondisi ini yang terjadi mungkin dalam 1-2 hari kita masih sabar menunggu, namun bayangkan jika terjadi selama 1 minggu, 2 minggu, apalagi 1 bulan.
Tentu proses menunggu tersebut adalah proses yang sangat menyiksa, jangan lupa sebagai investor ritel kita tidak tahu kalau rencana liburan bandar akan berlangsung selama 2 bulan, jadi hanya bisa pasah menunggu, dan menunggu sesuatu yang tidak jelas kapan datangnya, bahkan tidak jelas akan jadi datang atau tidak tentu menjadi satu proses yang sangat menyiksa bagi seorang trader.
Bandar tahu pasti kenyataan ini, itu sebabnya ‘Do Nothing’ adalah salah satu strategi yang sering kali digunakan Bandar,
itu juga sebabnya kita semua tentu pernah (bahkan sering) mengalami dimana setelah kita menjual suatu saham karena harganya tidak naik-naik, tapi tidak lama kemudian harganya justru terbang.
Karena memang ‘liburan’ adalah cara paling ideal untuk mengusir penumpang gelap di suatu saham, dan sampai saat ini kami tidak pernah berhasil menemukan cara mengetahui atau memprediksi seberapa lama Bandar akan liburan, supaya proses menunggu menjadi tidak terlalu menyiksa bagi kita yang fokus mengikuti pergerakan Bandar. Ada kemungkinan kami tidak akan pernah mengetahui caranya, karena memang seberapa lama Bandar ingin liburan adalah hak dan keputusan mereka, dan bisa berbeda dari satu kasus ke kasus yang lain.
Related: Sebagai realisasi komitmen bersama antara Bursa Efek Indonesia dan Creative Trading System untuk mengajarkan Dasar-Dasar Ilmu Bandarmologi kepada Investor di Seluruh Indonesia, di akhir bulan Oktober ini kami akan mengadakan Seminar Basic Transactional Analysis di Pontianak dan Palembang. Seminar ini bisa diikuti secara Gratis, dapatkan info lengkapnya disini.
Salah satu contoh saham dimana Bandarnya sedang liburan adalah PGAS. Seperti kita tahu saham ini menjadi fokus perhatian mayoritas investor terutama dalam 2 hari terakhir perdagangan minggu lalu dimana harga sahamnya naik signifikan disertai dengan volume transaksi yang luar biasa besar. Namun dalam 2 hari pertama perdagangan minggu ini antusiasme investor di saham ini seperti hilang ditelan bumi. Volatilitas dan volume transaksi berkurang drastis, pembahasan di forum-forum saham juga langsung beralih ke saham-saham lainnya.
Seperti kita sudah sama-sama tahu kalau saham PGAS dibandari oleh investor asing, itu sebabnya ketika asing jualan sejak awal September sampai hari Rabu minggu lalu, harga saham ini terus bergerak turun, dan ketika Asing mulai melakukan akumulasi / pembelian di hari Kamis dan Jumat lalu harga PGAS langsung terbang tinggi.
Namun lucunya meskipun pada hari Kamis dan Jumat lalu investor asing terlihat begitu aggresive melakukan pembelian, memberikan impresi bahwa pembelian harus mereka lakukan hari itu juga, namun sejak hari Senin niat beli investor asing seperti hilang begitu saja. Harga PGAS bahkan sudah kembali ke level di awal perdagangan hari Jumat lalu ketika investor asing melakukan pembelian besar-besaran namun sampai penutupan perdagangan kemarin terlihat tidak ada niat investor asing melanjutkan aksi belinya.
Bahkan dari perhitungan sistem Foreign Flow kami dalam 2 hari terakhir investor asing justru tercatat net sell saham ini sebesar 14 M, dan seperti teori di atas ketika Bandar memutuskan untuk ‘do nothing‘ kita sebagai investor ritel yang tidak tahu apa tujuan Bandar tentu akan menjadi bingung dan hilang arah.
Investor Ritel yang terlanjur jualan ketika kenaikan saham PGAS pada hari Kamis dan Jumat lalu masih takut melakukan buyback karena takut harga PGAS turun lagi, sementara yang belum beli juga takut karena aksi beli asing yang menjadi motor kenaikan ini tiba-tiba terhenti.
Sementara investor ritel yang sudah punya saham ini hanya bisa dengan pasrah menunggu pergerakan investor asing selanjutnya, karena terlepas dari seberapa populer saham ini, dan seberapa banyak investor ritel yang memiliki saham ini, ritel tetap saja tidak bisa menggerakan harga.
WHAT NEXT FOR PGAS ?!
Masa liburan sering kali digunakan untuk memainkan momentum dan kondisi psikologi investor ritel baik yang sudah membeli saham ini, ataupun yang berminat membeli saham ini. Namun karena masa liburannya baru 2 hari masih cukup sulit untuk memprediksi apa yang akan dilakukan Bandar setelah mereka liburan.
Apakah liburan ini tujuannya untuk mengusir penumpang gelap, dimana Bandar sengaja menghentikan pembelian mereka supaya tidak banyak penumpang gelap yang masuk mengikuti aksi akumulasi baru mereka mulai akhir minggu lalu. Ataukah periode 2 hari terakhir ini digunakan Bandar untuk melihat seberapa besar niat beli investor ritel / lokal paska kenaikan yang terjadi di akhir minggu lalu.
Salah satu cara yang dapat membantu kita menebak strategi mana yang sedang dilakukan Bandar dalam masa liburan mereka 2 hari terakhir, adalah dengan melihat pergerakan broker-broker ritel pada periode tersebut.
Karena jika dalam 2 hari ini ritel secara aktif melakukan pembelian, dan Bandar dengan ‘senang hati’ menjual saham ini ke ritel (di atas harga pembelian mereka minggu lalu), itu artinya kenaikan minggu lalu kemungkinan hanya merupakan jebakan yang dilakukan oleh Bandar/Asing untuk kembali menarik minat beli para investor lokal.
Jika kita menggunakan metode yang sama dengan yang kita gunakan dalam 2 artikel PGAS sebelumnya, dengan melihat pergerakan trio broker ritel : YP, PD, NI yang merupakan cerminan dari pergerakan investor ritel.
Seperti kita ketahui bahwa ketika harga PGAS turun, YP, PD, NI kompak menjadi top buyer, sementara ketika harganya naik minggu lalu, broker-broker ini serempak menjadi Top Seller.
Menarikanya jika kita melihat posisi 15 besar, Top Buyer dan Top Seller dialam perdagangan PGAS 2 hari terakhir, ketiga broker tersebut tidak muncul sama sekali.
Artinya dalam 2 hari terakhir secara total investor ritel bisa dikatakan tidak melakukan pembelian, ataupun penjualan di saham ini, alias hanya wait and see.
Menurut kami fakta ini justru baik terutama bagi para investor ritel yang sudah punya saham ini, karena ini artinya meskipun harga PGAS sudah naik namun minat beli investor ritel/lokal masih kecil di saham ini, artinya kalaupun tujuan ASING mengangkat harga saham ini adalah untuk jualan, maka mereka butuh ‘effort’ lebih untuk meyakinkan investor lokal untuk membeli saham ini. Salah satu cara paling umum untuk membuat investor ritel tertarik untuk membeli saham ini adalah dengan menaikan harganya, atau paling tidak membuat harganya volatil, sehingga investor ritel seperti kita bisa melihat adanya peluang untuk memperoleh profit dalam jangka pendek dan berminat membeli saham ini, dan liburan jelas bukan cara untuk menarik pertahian ritel.
Sementara jika memang tujuan liburan ini adalah untuk mengurangi niat beli investor ritel di saham ini, makan dalam beberapa waktu kedepan, kita akan mulai kembali melihat bahwa investor asing mulai mengumpulkan saham ini, justru ketika perhatian mayoritas investor ritel sudah teralih pada saham-saham lainnya.
Related: Anda bisa bergabung dengan Channel Telegram Creative Trader untuk mendapatkan analisa-analisa singkat dan rekomendasi dari Team Creative Trader termasuk update pergerakan Bandar di saham ini. Klik disini untuk bergabung secara gratis.
Artinya opsi mana pun yang akan menjadi kenyataan, saham ini masih layak kita pertahatikan, jika harganya naik lagi dalam waktu dekat, maka terbuka peluang untuk trader jangka pendek memanfaatkan momentum tersebut, dan baru disarankan untuk menjauhi saham ini ketika investor asing kembali melakukan aksi jualnya di saham ini.
Sementara kalau Bandarnya memilih untuk liburan lebih lama, maka ada waktu untuk kita memperhatikan dan menunggu apa yang secara ‘diam-diam’ mereka lakukan di masa liburan tersebut, jika terjadi akumulasi maka hal tersebut merupakan indikasi yang kuat bahwa saham ini sedang dalam fase perubahan trend.
Jadi jelas wait and see adalah pilihan terbaik, namun tugas kita bukan hanya menunggu tapi juga terus melihat apa yang sedang dilakukan Bandar, sambil menyesuaikan strategi kita untuk memanfaatkan pergerakan yang dilakukan Bandar.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
1 comment
seperti dalam strategi perang Sun Tzu
以逸待劳,见机行事