Pergerakan luar biasa SRIL di tahun lalu, membuat saham SRIL menjadi salah satu saham favorit investor ritel dalam setahun terakhir, kenaikannya yang luar biasa yang juga disertai dengan volatilitas dan volume transaksi yang tinggi membuat saham ini memang sangat ideal untuk trading jangka pendek terutama bagi para trader harian.
Namun di awal tahun ini pergerakan yang luar biasa kembali terjadi di saham SRIL, harganya turun tajam dari sebelumnya level 400an sampai sempat menyentuh lebih 255 hari Jumat lalu. Jika melihat grafik di atas kita bisa melihat bahwa penurunan seperti saat ini bukanlah sesuatu yang di luar kewajaran, bahkan bisa dibilang sudah menjadi karakter pergerakan SRIL dalam 8 terakhir. Dalam grafik di atas kita lihat SRIL sudah terkoreksi tajam sebanyak 4 kali, dan semuanya diakhiri dengan kenaikan yang tidak kalah luar biasa.
Jika melihat karekternya pergeerakan harganya di masa lalu, kemungkinan SRIL akan mengalami rebound dalam jangka pendek cukup besar, hal ini semakin dikonfirmasi dengan kenaikan yang terjadi hari Senin kemarin, dimana harga SRIL naik sampai 10%, jika melihat sajarah masa lalu maka potensi SRIL kembali ke level 400an cukup terbuka lebar. Dari sudut pandang fundamental, kami tidak melihat ada indikasi yang cukup buruk yang dapat menjelaskan penurunan harga sahamnya yang begitu tajam.
Jadi bisa dibilang saham ini secara technical sangat baik, dan secara fundamental juga ok, maka kemungkinan saham ini kembali naik signifikan dalam beberapa hari kedepan seperti yang terjadi pada masa-masa koreksi sebelumnya cukup besar. Pada awalnya kami pun tertarik untuk mengkoleksi saham ini dengan alasan yang sama dengan hampir semua investor lainnya yang membeli atau mungkin sudah nyangkut di saham ini. Namun ternyata dari sudut pandang BANDARMOLOGI ANALYSIS kami melihat ada perbedaan yang cukup besar pada koreksi yang terjadi saat ini dengan 4 koreksi yang terjadi sebelumnya.
Untuk menjelaskannya kami akan sedikit menjelaskan tentang prinsip dasar bandarmologi :
Dalam prinsip Bandarmologi terdapat 2 istilah yang cukup terkenal :
- Akumulasi, pristiwa dimana Bandar sebagai pihak yang memiliki modal besar dan kekuatan untuk menggerakan harga melakukan pembelian dari investor ritel.
- Distribusi, pristiwa dimana bandar menjual saham yang dimilikinya kembali kepada investor ritel, berbeda dengan bandar, investor ritel memiliki modal yang terbatas dan tidak memiliki kemampuan untuk menggerakan harga.
Untuk mendeteksi adanya akumulasi / distribusi kita tidak dapat melihatnya dari pergerakan harga (candlestick) / analisa technical, karena data yang dianalisa dalam analisa technical hanyalah HARGA (open-high-low-close) & VOLUME (jumlah lembar saham yang ditransaksikan pada hari tersebut), jadi tidak mungkin dapat mendeteksi apa yang sedang dilakukan oleh bandar atau investor ritel hanya dari kedua data tersebut.
Bahkan bisa dikatakan :
Menganalisa Bandarmologi menggunakan technical analysis sama seperti menembak siapa yang membeli beras dengan melihat harga beras tersebut.
Kita tahu bahwa satu-satunya cara untuk melihat siapa saja yang membeli besar, adalah dengan melihat data penjualan beras tersebut, hal yang sama juga berlaku di saham satu-satunya cara untuk melakukan analisa bandarmologi adalah dengan melihat data transaksi, siapa yang membeli dan siapa yang menjual dibalik pergerakan suatu saham.
Salah satu caranya adalah dengan mendeteks kode broker-broker yang melakukan pembelian dan penjualan, memang benar kode broker tidak secara otomatis menjelaskan siapa di balik kode broker tersebut, namun pemahaman akan konsep bandarmologi yang benar, akan sangat membantu kita untuk memprediksi siapa yang berada di balik pembelian dan penjualan sebuah kode broker tersebut.
Dalam Teori Bandarmologi di Bursa Saham Indonesia broker dibagi menjadi 4 kategori :
Definisi Broker Asing disini, tidak sebatas broker- broker yang dimiliki oleh institusi asing, melainkan broker – broker yang sudah memiliki nama besar di dunia financial dunia beroperasi di hampir semua bursa saham utama di dunia, dan dianggap sebagai pengendali market dunia.
Nama-nama besar seperti JP Morgan, BNP Paribas, Deutsche Bank, Credit Suisse dan beberapa investment banking terbesar dunia lainnya, yang juga beroperasi di pasar modal Indonesia. Pihak-pihak di balik broker-broker ini hampir pasti adalah bandar, karena memang broker-broker ini tidak terlalu tertarik mencari nasabah investor perorangan seperti kita.
Tidak semua broker asing bisa kita anggap sebagai bandar, salah satu broker dengan nasabah ritel terbanyak di Indonesia, Daewoo Securities juga adalah sekuritas yang dimiliki oleh asing, namun secara bandarmologi tidak dianggap sebagai ‘broker asing’.
Adalah broker-broker lokal namun biasanya dimiliki oleh pemerintah, atau sebuah konglomerasi tertentu, tidak jarang broker-broker ini juga digunakan oleh ‘pemiliknya’ untuk menjalankan aksinya di market. Contoh sederhana adalah ketika terjadi buyback yang dilakukan oleh beberapa emiten BUMN, broker-broker lokal BUMN disinyalir kuat menjadi broker yang digunakan untuk melaksanakan aksi buyback tersebut.
Meskipun tidak 100%, namun menurut penelitian kami lebih dari 70% dari transaksi yang dilakukan broker-broker dalam kategori ini, dikomandoi oleh Bandar. Beberapa broker lokal yang masuk dalam kategori ini antara lain : CC (Mandiri Sekuritas), EP (MNC Securities), DX (Bahana Sekuritas), dll.
Broker Ritel adalah broker yang umumnya kita gunakan, broker-broker yang umumnya dikenal secara luas, kantor cabangnya dimana-mana, sebagian dari kita bahkan mungkin pernah ditelepon oleh salah satu marketing dari sekuritas-sekuritas ini.
Broker-broker ritel memang mengincar investor perorangan seperti kita, dua broker paling besar di kategori ini adalah PD (IPOT) dan YP (Daewoo Sec). Jika kedua kategori sebelumnya identik dengan bandar, maka kategori ini sangat identik dengan investor ritel, yang tidak memiliki kekuatan, bermodal terbatas, namun jumlahnya ada puluhan ribu investor.
Tidak ada nama resmi untuk kategori ini, intinya broker-broker yang masuk dalam kategori ini adalah broker yang namanya cukup asing didengar, kantor cabangnya tidak diketahui keberadaannya, bahkan umumnya tidak memiliki website, kalau ada pun umumnya tidak terurus. Namun di balik semua itu di saham-saham tertentu broker – broker dalam kategori ini sering kali memiliki nilai transaksi yang lebih besar dari ketiga kategori di atas.
Broker dalam kategori ini jumlahnya bahkan lebih banyak dari kategori yang lain, dan hampir pasti dikuasai oleh bandar.
Menurut pengamatan kami hampir setiap saham akan dikuasai oleh salah satu dari 3 kategori broker di atas (Asing, Institusi atau Anonim), dan tentunya selalu diramaikan oleh broker-broker ritel yang sibuk berburu keuntungan di setiap saham. Jadi jika kita kembali ke teori akumulasi dan distribusi, akumulasi terjadi ketika salah satu dari ketiga broker yang digunakan bandar melakukan pembelian dari ritel. Sebaliknya jika broker bandar melakukan penjualan dan broker ritel yang membeli maka distribusi sedang terjadi.
KONDISI SRIL SAAT INI
Kembali ke saham SRIL dengan menggunakan ilmu analisa broker yang dijelaskan di atas, kita bisa mendapati bahwa ada perberdaan antara koreksi yang terjadi di awal tahun ini dengan koreksi-koreksi yang terjadi sebelumnya.
Dalam tabel di atas kita melihat data transaksi antar broker yang terjadi sejak puncak harganya di tahun ini, sampai hari Jumat lalu dimana harganya terkoreksi sampai ke level 255.
Jika kita melihat di bagian BUYER, kita melihat 2 broker yang paling banyak melakukan pembelian dalam periode penurunan tersebut adalah YP dan PD kedua broker yang masuk dalam kategori Broker Ritel, pembelian kedua sekuritas tersebut kurang lebih senilai 40 Milliar dengan average pembelian ada di kisaran harga 340/ lembar.
Sementara di bagian SELLER, kita melihat bahwa broker-broker dalam kategori BROKER ASING dan BROKER INSTITUSI masuk ke dalam list penjual terbesar. Hanya dengan melihat data-data ini kita mendapati bahwa sedang terjadi distribusi yang cukup besar di saham SRIL seiring dengan penurunan harganya yang terjadi di awal tahun ini.
Hal ini yang membedakan penurunan yang terjadi saat ini, jika anda melakukan analisa yang sejenis di penurunan-penurunan sebelumnya anda tidak mendapatkan indikasi distribusi yang sama dengan yang terjadi saat ini. Sebagian di antaranya bahkan terlihat hanya terjadi aksi bandar saling oper saham untuk menurunkan harganya, jadi tidak heran jika harga SRIL kembali rebound dalam kasus-kasus sebelumnya.
Dalam kondisi saat ini ketika aksi distribusi sudah mulai terjadi dan investor ritel turun sudah dalam posisi nyangkut yang cukup besar di di average 340, maka peluang untuk rebound kembali ke atas 400 akan jauh lebih kecil dibandingkan sebelumnya.
Kabar baiknya kenaikan harga SRIL hari Senin kemarin, dimotori oleh broker yang masuk ke dalam kategori Institusi Lokal (CC) yang sebelumnya menduduki peringkat kedua dalam posisi Top Seller di awal tahun. Artinya ada indikasi ‘buyback’ yang dilakukan oleh pihak bandar, dalam perdaganan kemarin, seiring dengan harganya yang naik signifikan.
Namun terjadinya aksi buyback ini tidak secara langsung memberikan indikasi bahwa aksi profit taking bandar sudah selesai dan mereka memutuskan untuk belanja lagi, jika melihat jumlah pembelian yang dilakukan oleh CC kemarin yang tidak terlalu besar dan kenaikan harganya yang mencapai 10%, peluang kenaikan ini hanya merupakan AKSI MARK UP sebagai upaya menstabilkan market, supaya investor ritel kembali tertarik membeli saham SRIL justru lebih besar. Dalam periode distribusi aksi mark up memang dibutuhkan untuk tetap menjaga minat beli investor ritel pada saham yang bersangkutan, karena minat beli investor ritel akan terus berkurang jika suatu saham terus turun harganya, namun di sisi lain jika harganya rebound sehari saja. Investor ritel umumnya kembali bergairah membeli saham yang bersangkutan, menurut pandangan kami hal inilah yang kemungkinan menjadi strategi bandar saat ini.
KESIMPULAN
Melihat adanya akumulasi yang besar sepanjang tahun 2015 lalu kami berpendapat bahwa meskipun aksi distribusi sudah mulai terjadi, namun aksi ini bisa berlangsung cukup lama 3-6 bulan, jika memang bandar ingin menjual sebagian besar saham yang diakumulasinya, dan dalam periode ini kemungkinan terjadi penurunan harga karena distribusi, dan dilanjutkan oleh mark up seperti yang terjadi kemarin sangatlah besar. Sebagai investor ritel ini adalah peluang, untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu menurut pengamatan kami aksi mark up juga umumnya dapat berlangsung lebih dari 1 hari, jadi kemungkinan harga SRIL kembali naik hari ini tetap terbuka.
Namun satu hal yang harus terus kita jadikan pertibangan adalah jika saham sudah masuk dalam distribusi maka sangat sulit untuk saham ini berada dalam trend bullish dalam jangka panjang atau menengah. jadi kami hanya menyarankan untuk melakukan trading jangka pendek di saham ini, dan bagi anda yang sudah memiliki saham ini di modal bawah sejak tahun lalu, kami sarankan untuk mulai melakukan profit taking.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
3 comments
Kalau dari segi fundamental sih SRIL sudah aman tapi memang kalau dari segi teknikal masih downtren
mantabs pencerahannya gan
jika mungkin mohon dikirimkan informasi saham ke email saya tksh