Pada perdagangan kemarin secara tiba-riba IHSG langsung terjun bebas, semua saham unggulan dibuka turun, dan terus melanjutkan koreksinya sepanjang perdagangan kemarin. Indeks sendiri akhirnya tutup terkoreksi lebih dari 3.5% kemarin. Mungkin beberapa dari kita bertanya, apa yang sebenarnya sedang terjadi di Indonesia, mengapa IHSG bisa tiba-riba terjun bebas seperti kemarin.
Sebagai orang Indonesia kita tahu tidak ada hal istimewa apa pun yang terjadi di dalam negeri ini kemarin, semuanya biasa-biasa saja, tidak ada krisis ekonomi tiba-tiba, tidak ada bencana alam, atau krisis sosial dan politik yang mengguncang negeri ini. Perusahaan-perusahaan di dalam negeri pun terlihat masih beroperasi seperti biasa. Semua Bank besar tetap buka dan beroperasi seperti hari-hari sebelumnya, dealer-dealer Astra masih tetap jualan mobil, para perokok masih tetap membeli rokok kemarin, dan para penggunan Telkomsel juga terlihat tetap menggunakan paket datanya seperti biasa. Artinya memang tidak terjadi apa-apa yang special di Indonesia kemarin, perusahaan-perusahaan besar penggerak IHSG semuanya tetap berporesi secara normal seperti hari-hari sebelumnya dan jika kemarin anda sempat bertanya kepada orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut, anda akan mendapat jawaban yang sama. Nothing Happened
Lalu kenapa IHSG sampai turun lebih dari 3.5% kemarin, lalu kenapa semua saham unggulan yang dibahas di atas juga turun kemarin ?!
Jika anda bertanya kepada analis-analis, mereka adalah para professional yang dilatih khusus selama bertahun-tahun untuk mencari alasan mengapa IHSG naik atau turun setiap harinya, maka mereka akan menghubungkan pernurunan IHSG dengan krisis financial yang sedang menimpa Turkey, yang kembali booming akhir pekan kemarin.
Kenapa Turkey yang dijadikan ‘kambing hitam’ ? Alasannya sebenarnya sangat sederhana, karena ketika para analis ‘membaca koran’ kemarin, mereka tidak bisa menemukan berita lain yang bisa dikaitkaitkan dengan penurunan drastis IHSG.
Berikut kami lampirkan judul-judul berita di Kompas.com yang bisa kita baca kemarin, ketika IHSG terjun bebas.
- Soal Baju “Bersih, Merakyat, Kerja Nyata” Jokowi, KPU Sebut Bukan Kampanye
- Johnny Plate Sebut Tim Kampanye Jokowi-Ma’ruf Amin Diperkuat Banyak Ahli Ekonomi
- PKS Legowo jika Tak Dapat Kursi Wagub DKI
- Hidayat Nur Wahid Bantah Ada Tarik Menarik soal Wagub DKI Pengganti Sandiaga
- Tim Kampanye Jokowi Siap Perang Data Ekonomi dengan Tim Prabowo
- BNPB: Kerugian sementara Akibat Gempa di Lombok Capai 5,04 Triliun
- Kasus Gubernur Aceh, KPK Periksa 16 Saksi di Polda Aceh
- Jadi Hakim MK, Ini Profil Enny Nurbaningsih
- Menyindir, Buya Syafii Sebut Cak Imin Politisi Sejati
- 20 September, Penetapan Capres-Cawapres untuk Pilpres 2019
- Hari Ini dalam Sejarah: Pangkalan Brandan Lautan Api
- Jusuf Kalla Mengaku Hadir Saat Peluncuran Buku Jero Wacik
- Kenapa Prabowo-Sandi Tak Berangkat Bareng ke RSPAD?
- Hingga Senin, 436 Korban Meninggal Dunia akibat Gempa di Lombok
- Cak Imin: Koalisi Menyarankan Jusuf Kalla Jadi Ketua Timses, tapi…
Berita umumnya masih berkaitan dengan pilpres, mahar politik, dan gempa lombok, sayangnya berita ini bukanlah berita baru, dan kita semua tahu tidak ada efeknya dengan IHSG selama ini, jadi kurang ‘intelek’ rasanya jika kita mengaitkan berita bertambahnya korban di gempa lombok dengan penurunan IHSG kemarin, apalagi dengan kehadiran JK di peluncuran buku Jero Wacik. Dan sebagai analis mereka digaji untuk mencari alasan-alasan intelek dan rumit untuk menjelaskan kenapa IHSG naik atau turun hari ini.
Itulah alasan utama krisis Turkey menjadi ‘kambing hitam’ kejatuhan IHSG kemarin. Lalu apa hubungannya Ekonomi Turkey dengan Indonesia ?! Ada atau tidak hubungannya itu tidak terlalu penting, para analis tinggal bilang ‘IHSG jatuh, karena kekhawatiran market terhadap menjalarnya krisis Turkey ke Indonesia’
Karena alasannya memang tidak perlu benar, yang penting masuk akal, toh kalau IHSG naik lagi hari ini mereka akan melakukan proses yang sama, mereka akan kembali membaca berita, dan menghubungkan kenaikan IHSG dengan salah satu berita yang keluar hari ini.
Karena memang itu adalah pekerjaan utama mereka setiap hari, mencari alasan. Karena setiap hari akan ada alasan baru yang masuk akal jadi tidak ada keharusan alasan yang dibuat benar, selama semua alasan yang dibuat setiap hari selalu masuk akal, itu sudah cukup. Sebagai analis itulah tugas dan peran mereka di market, dan mereka sudah menjalankan tugasnya di market.
Masalahnya sekarang ‘jatuh’ ke kita sebagai investor dan trader, karena apa pun alasannya tetap saja harga saham yang kita pegang terjun bebas kemarin, dan keahlian kita mencari alasan juga tidak membuat kita dapat keuntungan di market. Tugas kita adalah beradaptasi dengan kondisi market saat ini, dan memutuskan apa yang harus kita lakukan dengan modal dan saham kita pasca penurunan kemarin.
Untuk mengambil keputusan dengan baik, kita harus memiliki data-data yang valid, dan bukan alasan alasan yang bisa berubah setiap harinya. Dan untuk membantu rekan-rekan sesama Investor hari ini kami ingin share beberapa data yang kami miliki dan dijadikan dasar pertimbangan kami dalam mengambil keputusan dalam trading dalam kondisi seperti saat ini.
SEJARAH PENURUNAN IHSG LEBIH DARI 3%
Jika kita melihat grafik di atas, kami meng-highlight penurunan-penurunan IHSG dalam 4 tahun terakhir yang lebih dari 3%. Tercatat IHSG sudah turun lebih dari 3% selama 6 kali. Apa penyebabnya ? Kemungkinan tidak satupun dari kita ingat penyebabnya, karena memang alasan yang pada saat itu dibahas hanya ‘efek-efek sejenis turkey’ lainya.
Namun yang ingin kami highlight adalah dalam 4 tahun terakhir, penurunan IHSG seperti yang terjadi kemarin sudah terjadi 2 kali, dimana penuruann terjadi ketika IHSG sedang dalam masa bullish, dan bukan terjadi di masa krisis seperti 3 penurunan lainnya.
Dan dalam kedua penurunan serupa tersebut, kita melihat IHSG masih melanjutkan penurunannya paling tidak sehari setelah IHSG turun lebih dari 3% tersebut. Artinya jika kita membahas secara statistik dan mempelajari karakter IHSG di masa lalu, maka kemungkinan IHSG akan kembali turun lagi hari ini.
Dan jika kita melakukan analisa yang sama dari tahun 2010 ke 2013m IHSG sudah mengalami penurunan serupa sebanyak 4 kali, dan 3 kali di antaranya IHSG kembali turun sehari setelah penurunan lebih dari 3% tersebut, hanya sekali di awal tahun 2010 IHSG langsung secara perlahan bergerak naik pasca penurunan drastis tersebut.
PERGERAKAN INVESTOR ASING SAAT INI
Kemungkinan kita semua sudah sama-sama tahu jika para analis bertugas mencari alasan kenapa IHSG turun atau naik, para Investor Asing ‘bertugas’ untuk mengatur pergerakan IHSG, adalah tugas mereka menentukan hari ini indeks akan naik atau turun, dan kemarin mereka memutuskan untuk menjatuhkan IHSG, apa alasannya tidak penting, karena toh IHSG sudah jatuh juga.
Namun ada beberapa hal penting yang bisa kita jadikan bahan pertimbangan untuk bisa menebak apa skenario asing kedepan, sehingga kita bisa beradaptasi dan menyesuaikan strategi trading kita.
- Penurunan IHSG kemarin adalah yang paling besar diantara bursa Asia lainnya, artinya investor asing memang sengaja memanfaatkan berita Turkey untuk menekan IHSG sedalam mungkin, di negara-negara lain efeknya tidak sebesar di Indonesia. Padahal secara fundamental beberapa negara-negara Asia lain punya hubungan Ekonomi yang jauh lebih dekat dengan Turkey dari Indonesia.
- Outflow yang terjadi di IHSG kemarin cenderung kecil, untuk penurunan IHSG terbesar dalam 2 tahun terakhir, idelanya penurunan tersebut juga disertai Outflow terbesar dalam 2 tahun terakhir, namuan kenyataannya outflow yang terjadi kemarin hanya di kisaran 837 Milyar, aksi jual ini bahkan bukan yang terbesar dalam 3 bulan terakhir. Hal ini berarti meskipun IHSG terjun bebas investor asing terlihat tidak terlalu bernafsu untuk jualan, kemungkinan karena mereka pun tahu efek Turkey tidak akan berdampak pada Indonesia, jadi mereka tidak panik. Strategi mereka kemarin kemungkinan hanya menurunkan IHSG, pasca kenaikan hampir 2 bulan terakhir.
- Ini bisa merupakan strategi untuk Asing beli di harga murah, sejak awal bulan July lalu investor asing secara perlahan mengumpulkan saham-saham bluechip di IHSG, efeknya IHSG pun terus bergerak naik, namun pembelian yang dilakukan investor asing tidak sebesar inflow-inflow di tahun sebelumnya ketika asing kembali memasuki fase akumulasi. Artinya meskipun harga-harga saham sudah naik secara signifikan, namun saham yang dikumpulkan asing masih sedikit. Jadi ada kemungkinan penurunan kemarin, dan mungkin juga hari ini adalah upaya menurunkan IHSG supaya mereka bisa kembali melanjutkan akumulasi mereka di harga murah.
KESIMPULAN
Kami cukup yakin kalau tidak akan ada efek signifikan dari penurunan mata uang Turkey terhadap Ekonomi Indonesia atau IHSG dalam jangka menegah atau panjang, namun kenyataan yang sedang kita hadapi sekarang adalah INFLOW ASING yang merupakan satu-satunya motor yang bisa membuat IHSG naik, terlihat belum terlalu kuat, karena jumlah dana asing yang masuk masih terlalu sedikit.
Jadi sebagai investor, pergerakan investor asing inilah yang harus kita amati, penurunan IHSG kemarin dan juga mungkin akan dilanjutkan hari ini (jika kita melihat secara statsitik) bisa jadi digunakan asing untuk me-markdown IHSG supaya Asing bisa membeli lagi saham-saham unggulan di harga murah. Jika harapan kami itu menjadi kenyataan maka kemungkinan IHSG akan turun lagi hari ini, namun Outflownya juga tidak akan besar, dan setelahnya kita akan kembali melihat Asing mulai kembali melanjutkan akumulasinya.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God
2 comments
Analisa yg tajam, mantap bro
sepertinya saya sangat setuju bro…. mantaps…lanjutkan,,,,