Hari Senin kemarin keluar berita mengenai akusisi 7-eleven yang dilakukan oleh CPIN dari MDRN. Karena berita ini dirilis pada hari libur, efek dari berita ini pada kedua saham yang bersangkutan baru terjadi dalam perdagangan kemarin. Saham MDRN langsung bergerak naik signifikan naik dari harga 62 di penutupan perdagangan minggu lalu, dan tutup di harga 79. Sementara CPIN sendiri terlihat hanya naik terbatas, dan tidak mengindikasikan ada satu berita signifikan yang terjadi.
Proses akusisi 7-Eleven rencananya sebesar 1 Triliyun rupiah, dan masih dalam proses untuk mendapat persetujuan beberapa pemegang saham. Beberapa analis sekuritas menganggap bahwa harga yang dibayarkan oleh CPIN dianggap teralalu mahal. 7-Eleven sendiri kita ketahui adalah bisnis minimarket yang tidak sanggup bersaing dengan Indomaret dan Alfamart sebagai market leader. Secara keuangan 7-Eleven tercatat sudah merugi, dengan jumlah gerai dari tahun ke tahun terus berkurang. Jadi akusisi ini bisa dikatakan sebagai proses pembelian asset dan merek dagang dan bukan pembelian bisnis yang berprospek cerah di masa yang akan datang.
Bagi MDRN proses penjualan ini kemungkinan akan baik untuk perusahaan, karena dengan kondisi perusahaan seperti saat ini, jika tidak segera dijual nilai perusahaan 7-Eleven akan terus turun. Mendapatkan uang senilai 1 Triliyun untuk bisnis yang sudah kalah bersaing dan dengan kondisi merugi jelas adalah langkah yang cukup bijak.
Namun menurut kami kita tidak bisa secepat itu menyimpulkan kalau harga 1 Triliyun yang dibayarkan CPIN terlalu mahal, karena detail akusisi sendiri belum bisa kita ketahui, dan jika berpikir dengan logika sederhana, MDRN tidak memiliki posisi tawar yang kuat dalam negosiasi ini, mengingat kondisi 7-Eleven saat ini. Jadi kesepakatan nilai tersebut tentu sudah merupakan persetujuan yang dipercaya menguntungkan kedua belah pihak terutama CPIN sebagai pihak yang di atas angin.
Namun pertanyaan yang lebih penting adalah apa tujuan CPIN dalam pembelian 7-Eleven ini ?!
Karena kita tahu meskipun secara keuangan CPIN cukup kuat, namun jika tujuan pembelian ini untuk merebut market-share Indomaret dan Alfamart jelas bukanlah upaya yang mudah, dibutuhkan proses yang sangat panjang, dan mahal, dengan probabilitas keberhasilan yang bisa dibilang rendah.
Dan kita tahu CPIN sendiri fokus bisnisnya adalah di bisnis Poultry dan bukan Convenience Store, jadi kalaupun mereka ingin memperluas bisnis mereka seharusnya tidak akan jauh dari CORE BISNIS mereka yang tidak jauh dari bisnis peternakan dan jual-beli Ayam.
Dan menurut pandangan kami alasan utama dari akuisisi 7-Eleven juga tidak jauh dari CORE bisnis mereka ini. Jika kita mempelajari secara mendalam proses bisnis Poultry di Indonesia, hampir semua lini sudah dijalankan secara eficient dari Telur, Pakan Ternak, Obat-Obatan. Kandang, Ayam dampai ke Nugget, semuanya sudah dikerjakan dengan sangat baik oleh perusahaan-perusahaan seperti CPIN, JPFA, dan lainnya.
Namun satu proses terakhir yang masih belum mereka bisa kuasai adalah proses penjualan dari Kandang ke pasar-pasar tradisional, tempat mayoritas ayam diperjual belikan. Proses ini masih dikuasai oleh para ‘middle man’ yang tidak ada hubungannya dengan perusahaan.
Dan karena tingkat kesulitannya cukup tinggi karena harus berurusan dengan para pedagang di pasar-pasar tradisional seluruh Indonesia , sampai tidak satu perusahaan Poultry di Indonesia yang sanggup memotong jalur yang dikuasai oleh para ‘middle man’ ini. Menariknya justru para ‘middle man’ lah yang paling berpengaruh pada harga jual ayam pada konsumen. Itu sebabnya terkadang pengusaha kandang ayam bahkan bisa menjual ayam di harga rugi.
Cara paling ideal untuk memotong jalur middle man ini adalah dengan melakukan penjualan melalui super market, namun sayangnya mindset konsumen di Indonesia masih menganggap lebih sehat membeli ayam di pasar daripada di super market.
Jika melihat masalah ini proses pembelian 7 Eleven menjadi lebih masuk akal, kemungkinan kedepannya CPIN akan menjual ayam dari kandang mereka melalui mini-market 7 Eleven yang gerainya tersebar di Jabodetabek.
Dari informasi yang kami dapat, beberapa upaya seperti ini sudah pernah dilakukan oleh para produsen ayam untuk menjual ayam di minimarket, salah satunya pernah dilakukan oleh salah satu Raksasa bisnis Poultry dari Brasil, yang mencoba menggandeng Indomaret menjadi partner mereka sebelum masuk ke Indonesia. Namun berbagai upaya tersebut sepertinya selalu gagal terlaksana.
Kemungkinan langkah ini akan dilakukan sebagai proses uji-coba pengalihan penjualan ayam dari pasar tradisional ke mini-market. Karena dengan memotong middle-man maka harga jual ke konsumen pun bisa lebih murah dan terkendali, jika hasilnya memuaskan kemungkinan mini-market lainnya akan mengikuti langkah dari 7-Eleven, dan karena CPIN dan JAPFA menguasai 60% dari seluruh ayam yang ada di dalam negeri, semakin banyak mini market yang mulai menjual ayam, semakin besar potensi keuntungan mereka.
Jika melihat seperti ini investasi sebesar 1 Triliyun terasa tidak besar, apalagi jika pembelian itu umumnya membeli asset perusahaan, dan bukan prospek. Kalaupun usaha ini gagal, mereka bisa kembali menjual asset yang ada ke pengusaha-pengusaha lainnya tanpa mengalami kerugian yang besar.
Jadi kami melihat proses akusisi ini sangatlah menarik untuk CPIN, namun tentu prospeknya jelas untuk jangka panjang.
PROSPEK UNTUK MDRN
Untuk MDRN sendiri, belum banyak informasi yang didapatkan apa yang akan dilakukan perusahaan dengan uang dari hasil penjualan ini, bisnis-binis lainnya yang dimiliki perusahaan seperti RICOH, FUJIFILM dan beberapa bisnis alat kesehatan terlihat tidak memiliki prospek yang meyakinkan. Penjualan perusahaan juga terlihat terus menurun dari tahun ke tahun.
Hal menarik lainnya dari pergerakan MDRN adalah, kami tidak melihat ada indikasi akumulasi yang dilakukan para pemain besar atau BANDAR sebelum pengumuman akuisisi dirilis. Seperti kita ketahui proses akuisisi jelas bukanlah proses yang pendek, jadi pasti ada banyak pihak-pihak yang sudah tahu mengenai rencana ini sebelum pengumuman resmi hari Senin kemarin.
Dan Fakta bahwa tidak ada BANDAR yang mau memanfaatkan momentum akuisisi ini untuk mengumpulkan saham ini sebelum berita dikeluarkan jelas membuat potensi kenaikan saham ini menjadi jauh lebih kecil kedepannya.
Dalam perdagangan kemarin, meskipun saham ini naik sampai 27% dan tutup di harga 79 namun 2 broker utama ritel PD dan YP justru menjadi TOP BUYER, sementara YU justru melakukan penjualan sebanyak 1.3 juta lot dalam perdagangan kemarin. Average harga perdagangan saham ini kemarin juga ada di level 77.7, artinya meskipun harga saham ini sudah terbang tinggi, para investor ritel pembeli saham ini kemarin kemungkinan belum bisa jualan karena baru naik 1.3 point dari average pembelian mereka.
Dan sedikit saja harga saham ini terkoreksi mayoritas investor ritel kemungkinan sudah dalam posisi nyangkut. Jadi kami melihat RISK and REWARD di saham MDRN saat ini kurang menarik.
Website Administrator
Creative Trading System | Creative Idea in Stock Market
1 comment
Cpin sdh memasuki bisnis retail melalui jaringan outlet Prima Freshmart. Namun sayangnya sampai skrg dgn jumlah outlet hingga sekitar 250 stores, hanya sedikit outlet prima freshmart yg untung. Cpin belum mem’franchise’kan prima freshmart ini sebagaimana alfamart dan indomaret. Mgkn krn cpin belum bisa membuat prima freshmart ini bisnis menguntungkan. Akuisusi 7eleven menjadi tantangan besar bagi cpin untuk masuk ke bisnis retail.
Cpin mencoba meniru sister companynya di thailand dimana Charoen Pokphand Thailand juga memiliki jaringan 7eleven. Konsep bisnis 7eleven di thailand serupa dgn alfamart/ indomaret di Indonesia. Sedangkan konsep 7eleven di Indonesia sgt berbeda berkaitan dgn ijin usaha yg diperoleh. Jadi jelas akuisisi 7eleven ini bukan hal mudah bagi cpin untuk membuatnya menjadi bisnis yg menguntungkan.
Cheers,