Sebagian besar dari kita tentunya masih ingat dalam periode Juli sampai bulan November tahun lalu kita hanya bisa pasrah melihat investor asing yang terus keluar dari IHSG, saham-saham blue chip yang dijual asing pun terus berguguran seiring dengan aksi jual asing yang semakin besar. Aksi profit taking besar-besaran asing tersebut pun membuat IHSG turun dari 6.450an di bulan Juli sampai sempat turun ke 5.950 di akhir bulan November lalu. Pada saat itu kit-kita para investor lokal hanya bisa berdoa supaya investor asing memutuskan masuk kembali ke IHSG supaya IHSG pun bisa naik lagi.
Karena pada saat itu seakan-akan tidak ada berita yang bisa mendorong investor asing untuk masuk lagi ke IHSG, mau beritanya perang dangang atau damai dagang, asing tetap jualan. Mau beritanya ketegangan politik pasca pemilu, sidang MA, sampai bagi-bagi kekuasaan di kabinet yang memasukan oposisi ke dalam pemerintahan, semuanya tampak tidak dipedulikan asing, dan asing memilih untuk tetap jualan, dan terbukti selama asing tetap jualan IHSG secara perlahan tapi pasti terus bergerak turun dan mencetak record terendahnya di tanggal 28 November lalu. Karena pada akhirnya IHSG tidak digerakan oleh berita-berita di korang tersebut, melainkan oleh keluar masuknya investor asing.
Namun untungnya kondisi berubah di bulan Desember, seperti kami jelaskan dalam beberapa artikel mengenai Window Dressing sejak akhir bulan November pada bulan Desember memang harga saham di Indonesia harus naik, dan riset membuktikan investor asing pun umumnya menghentikan / mengurangangi aksi jualnya di bulan Desember demi memperlancar proses Window Dressing.
Dan seperti harapan kita semua, bulan Desember lalu menjadi bulan yang sangat luar biasa untuk IHSG. Effect Window Dressing di bursa kita kembali menunjukan tajinya di tahun 2019 lalu, hal ini bisa terlihat dari kenaikan yang luar biasa IHSG di bulan lalu.
Seperti bisa kita lihat pada grafik Foreign Flow IHSG di samping di awal bulan Desember investor asing langsung menghentikan aksi jualnya demi menjamin kelancaran proses Window Dressing, karena mereka tahu IHSG tidak akan bisa naik kalau mereka melanjutkan aksi jual besar-besarannya seperti bulan November.
Namun hal yang lebih menarik justru terjadi di pertengahan bulan Desember lalu, ketika skandal Jiwasraya mulai merebak ke permukaan. Siapa yang menyangka skandal besar-besaran kemungkinan yang merugikan negara sampai puluhan triliun tersebut justru memberikan dampak yang sangat positif untuk IHSG.
Karena di tengah ketakutan yang dihadapi oleh para Bandar Lokal dan Manajer Investasi dalam negeri akan efek domino dari krisis Jiwasraya tersebut, kondisi tersebut justru dimanfaatkan investor asing untuk melakukan akumulasi besar-besaran di IHSG. Jika kita hitung sejak pertangahan bulan Desember sampai akhir minggu lalu, total dana asing yang sudah dibelikan saham di IHSG sebesar 4.1 Triliun. Jadi memang seperti juga sudah kami katakan berulang kali di bulan Desember lalu, investor asing benar-benar memanfaatkan ketegangan yang terjadi karena Krisis Jiwasraya untuk melakukan pembelian besar-besaran terutama di saham perbankan.
Bagi anda yang mungkin masih baru di market mungkin anda bingung mengapa investor asing justru melakukan pembelian besar-besaran ketika Skandal Jiwasraya memanas, padahal beberapa pengamat mengatakan Skandal ini bahkan lebih parah daripada Skandal Bank Century tahun 2008 lalu. Jawabannya sebenarnya sederhana, karena Investor Asing punya kebebasan penuh untuk melakukan apa pun yang dia mau di IHSG. Ketika ada berita bagus untuk Indonesia, mereka boleh melakukan pembelian, dan boleh juga melakukan penjualan, begitu juga sebaliknya, dan IHSG pun tentunya akan bergerak sesuai dengan keinginan Asing, bukan sesuai dengan berita bagus atau jelek, buktinya dalam masa Krisis Jiwasraya tersebut IHSG terus bergerak naik.
Memang benar Investor Asing punya kebebasan penuh untuk mengendalikan IHSG, namun kebebasan yang sama juga dimiliki oleh Investor Lokal, artinya tidak peduli seberapa besar uang yang dimiliki Investor Asing, mereka tetap saja tidak akan bisa membeli saham kalau investor lokalnya tidak mau menjual saham mereka. Dan sejak pertengahan bulan Desember lalu Investor Asing sudah melakukan pembelian sebesar 4.1 Triliun. Artiya di saat yang sama Investor Lokal pun menjual saham mereka senilai 4.1 T ke Investor Asing.
Dan di sinilah letak pentingnya krisis Jiwasraya untuk kenaikan IHSG dalam beberapa minggu terakhir, karena krisis ini ditakutkan masih akan menyebar kemana-mana, dan di prediksi akan ada institusi lain, dan manajer investasi lainnya yang bisa kecipratan dampaknya. Jadi wajar para pemain besar dalam negeri saat ini sedang dalam posisi khawatir, dan orang yang khawatir tentunya lebih memilih memegang cash daripada saham, dan itulah yang dimanfaatkan oleh investor asing sehingga mereka bisa melakukan pembelian sebesar 4.1 Triliun.
Menariknya lagi jika kita melihat pemberitaan-pemberitaan beberapa hari terakhir, termasuk Pidato Presiden Jokowi di Bursa Efek Indonesia di awal tahun ini, serangan-serangan pada para Bandar Lokal sepertinya masih akan terus berlanjut. Namun menariknya lagi meskipun Presiden menghimbau supaya para Bandar Lokal ditumpas, namun para Bandar Asing yang mengendalikan saham-saham bluechip tampak tidak di mention sama sekali.
Menurut kami sebagai pemerintah sangatlah bijak untuk pemerintah hanya ‘berani’ mengusik Bandar Lokal, karena kita sudah melihat sendiri tidak peduli seberapa besar krisis yang dialami para Bandar Lokal, dan tidak peduli sedalam apa harga saham-saham yang dibandari Bandar Lokal terpuruk, krisis tersebut sama sekali tidak berdampak apa-apa pada IHSG.
Namun tentunya beda ceritanya kalau Bandar Asing yang murka dan memutuskan untuk membanting IHSG sama seperti Bandar Lokal membanting saham-saham yang mereka Bandari. Efek kemarahan Bandar Asing tentu bisa menghancurkan IHSG, dan bukan mustahil akan memberikan dampak pada kestabilan Ekonomi dalam negeri.
Jadi meskipun kami adalah pihak yang tidak setuju pergerakan Bandar baik Asing dan Lokal dibatasi oleh pemerintah, namun kami juga mensyukuri kalau yang diusik hanya Bandar Lokal, sementara Bandar Asing tetap diberikan kebebasan untuk ‘berkarya’ bahkan mencari keuntungan dalam kondisi ini.
Karena pada akhirnya sebagai investor ritel kita punya kebebasan penuh untuk bergerak, kita tidak perlu pusing-pusing memikirkan bagaimana cara menaikan atau menurunkan harga saham yang kita miliki, atau tidak perlu takut kecipratan efek krisis Jiwasraya. Kita cukup mengikuti pergerakan Bandar saja, kalau Bandar Lokal sedang krisis, dan Bandar Asing sedang akumulasi, ya kita tinggal ikuti aksi yang dilakukan Bandar Asing, sesimpel itu.
Karena jika kita mau belajar dari sejarah, kita akan menemukan apa yang terjadi di dalam negeri tidaklah terlalu penting untuk IHSG, selama asing masih terus melakukan akumulasi besar-besaran, arah IHSG SELALU ATAS.
Namun kami juga ingin memberikan pesan bagi rekan-rekan yang sudah memahami Analisa Foreing Flow, memang benar selama asing masuk besar-besaran arah IHSG selalu ke atas, namun setelah kami mempelajari secara mendalam strategi yang dilakukan investor asing di IHSG dalam 2 tahun kebelakang, kami tidak terlalu optimis kalau inflow besar-besaran seperti ini akan terus berlangsung dalam beberapa bulan kedepan, dan membuat IHSG terus naik. Ada kemungkinan dalam 1-2 minggu kedepan kita sudah mulai melihat tanda-tanda investor asing sudah mulai melakukan aksi profit taking, dan jika itu terjadi kami menyarankan untuk kita juga mulai melakukan profit taking.
Analisa lebih mendalam mengenai trend pergerakan asing ini akan kami bahas dalam Market Outlook 2020 yang akan kami rilis dalam beberapa hari kedepan, ikuti terus pembahasan di website dan channel telegram kami.
Founder & Creative Director of Creative Trading System.
Creative Thinker, Stock Trader, Typo Writer & Enthusiastic Teacher.
Big believer of Sowing and Reaping.
Just A Simple Man with Extraordinary God